Merayakan Cinta Ala Theo & Weslly (Ulasan Buku Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai)
Kata orang menulis puisi jadi lebih mudah
kalau sedang jatuh cinta. Barangkali inilah yang dialami Theo & Weslly
ketika menulis puisi dalam buku Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai. Dari
cinta mereka lahirlah 98 puisi dalam buku ini. Cinta yang diungkapkan dalam
buku ini tak melulu cinta antara laki-laki dengan perempuan. Ada pula cinta
mereka terhadap bangsa, ibu, ayah, tempat-tempat tertentu, moment, bahkan cinta
mereka terhadap kata-kata. Mereka merayakan cinta dengan cara-cara yang mereka
sebut tidak kreatif.
Apa yang mereka sebut cara-cara tidak kreatif untuk
mencintai justru yang menurut saya menarik. Seperti dalam puisi yang mereka
tulis bersama yang berjudul Membuat Ciuman, mereka seolah sedang
mengajak kita untuk menyingkirkan segala yang ribet (kreatif) dan fokus pada yang
sederhana (tidak kreatif) tapi justru membuat kita bahagia. Dalam puisi itu
mereka menulis:
Manusia kadang tak butuh hal lain/selain
tubuh dan waktu/seperti yang sekarang sedang kau kenakan/bahwa untuk
berbahagia/manusia kadang tak butuh hal lain/selain belajar mengecup.
Letakkan risau perihal kerja/yang masih kau
genggam di tanganmu,/lalu ajari bibirmu melupakan semua bunyi,/kecuali: muah!
Dalam buku ini, Theo & Weslly menulis
puisi secara bergantian. Terkadang, mereka juga menulis secara bersama-sama,
seperti dalam puisi Puisi yang Menjaga Sebuah Bangsa; Seperti Sudah-sudah;
Sebelas Lebih Sepuluh; Bandung-Salatiga; Nuanea; dan banyak lagi. Membaca puisi-puisi mereka yang ditulis
bergantian seperti sedang mendengar sepasang kekasih yang sedang ngobrol dengan
bahasa cinta. Sedangkan membaca puisi yang ditulis bersama membuat saya heran,
bagaimana dua pikiran bersatu membentuk satu puisi yang indah.
Puisi yang ditulis Theo dalam buku ini cenderung
menggunakan diksi yang jenaka, nakal, dan terus terang. Dari judul-judul
puisinya, misalnya Ciuman; Dan Bibir Rindu; Keracunan Senyum; Bermeditasi di
Pundakmu; dan lain-lain. Kita bisa melihatnya juga dalam puisi Sebelas
Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai. Dalam puisi itu Theo menyebutkan hal-hal sederhana yang sebaiknya
dilakukan sepasang kekasih untuk merayakan cinta. Saya menyalin tujuh di antara
sebelas itu untuk Anda: Jika tidur, jangan lupa: bersatu kita teguh, berdua
kita make love/memaafkan satu jam sekali/jalan kaki sering, dan
melakukan hal-hal gila bersama/rajin-rajin bikin kopi (satu panci besar)/minta
gendong/minta pijit/lakukan semua di atas sungguh-sungguh
Berbeda dengan Theo, puisi-puisi Weslly boleh
dikata lebih kalem. Meski demikian, tetap saja ada kesan nakal di sana. Dalam
puisi Tentang Cukup, misalnya: Sekali ini kudapati diriku seumpama
bayi dan buah dadamu adalah bahasa ibu yang harus kupelajari
Seperti yang sudah saya tulis di awal, puisi
mereka tak hanya bicara soal cinta antara laki-laki dan perempuan. Dalam puisi Ciuman
yang Menjaga Sebuah Bangsa saya kira mereka berhasil mengungkapkan dengan
indah bagaimana sebuah bangsa bisa kuat. Mereka tidak menyarankan hal yang
muluk-muluk, mereka hanya menyarankan cinta.
Bertingkat-tingkat bangunan/tentu tidak terbuat
dari ciuman,/tetapi rumah kita yang kecil dan sederhana? barangkali dari
sekarang, sekarung demi sekarung/ dari ciuman-ciuman itu bisa kita kumpulkan
untukembuatnya
“adakah bangsa yang akan binasa,/jika ia
dibangun oleh berjuta-juta/ ciuman rakyatnya?”
Ciuman dalam puisi itu mungkin simbol ikatan
atau kedekatan yang jika dimiliki pada setiap keluarga, pada akhirnya
melahirkan bangsa yang kuat. Sebuah keluarga yang bahagia menjadi pondasi
bangsa yang kuat. Begitulah saya memaknai puisi ini. Mungkin puisi ini juga
sebuah ungkapan keprihatinan penulis bahwa nilai-nilai kekeluargaan tak lagi
menjadi nilai utama sebuah bangsa.
Selain ungkapan cinta pada bangsa, mereka juga
menulis puisi tentang cinta pada ibu dan ayah. Kita dapat menemukannya dalam
puisi Beberapa Aroma dari Hidup; Dan Badai yang Menganyam Urat-urat Kayu
Gupasa; Ibu; Bapak; dan Dan Angin Bagi Layar yang Kupasang. Ada pula
puisi-puisi yang merekam momen-momen di tempat-tempat tertentu, misalnya yang
berjudul Blora; Kota Kembang yang Lain; Gerimis; Dago; Bunyi Klakson adalah
Rindu, dan puisi-puisi lain.
Puisi-puisi dalam buku ini, saya kira bisa
menjadi bahan renungan buat kita apakah selama ini kita sudah merayakan cinta
dengan cara-cara yang sederhana sehingga membuat kita bahagia atau malah membuat
kita sengsara.
Info Buku:
Judul: Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai; Penulis: Theoresia Rumthe & Weslly Johannes; Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama; Cetakan kedua: November 2018; Tebal: 160 hlm; ISBN: 9786020383163
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda!