Langsung ke konten utama

Menumbuhkan Sikap Tanggung Jawab Sejak Kecil | Caranya?

Gambar: dokumen pribadi

Tanggung jawab adalah salah satu hal yang harus diajarkan pada anak-anak sejak mereka kecil. 

Mengapa demikian? 

Sebab sikap tanggung jawab tidak serta merta muncul saat anak sudah dewasa. Sikap ini perlu ditumbuhkan sejak kecil dengan pembiasaan-pembiasaan yang konsisten. Orang tua perlu bersungguh-sungguh menumbuhkan sikap tanggung jawab pada anaknya. 

Secara umum, sikap tanggung jawab adalah kemauan untuk mau melakukan apa yang wajib, pantas, dan perlu dilakukan, dengan penuh kesadaran. 

Tanggung jawab juga bisa diartikan sebagai sebuah sikap mau menanggung setiap resiko dari satu perbuatan yang dilakukan. 

Dalam bahasa Inggris tanggung jawab (responsibility) berasal dari kata “respons” dan “ability”. “Respons” artinya tanggapan dan “ability” artinya kemampuan. Responsibility bisa diartikan kemampuan menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar kita atau dengan kata lain kemampuan membuat keputusan yang tepat dalam berbagai situasi dan kondisi. 

Memiliki sikap tanggung jawab dapat menjadi penentu kesuksesan anak di masa depan. 

Sebagai orang tua, Anda bisa menumbuhkan sikap tanggung jawab pada anak Anda dengan memanfaatkan kegiatan sehari-hari. Mulailah dari hal-hal yang sederhana saja. 

Ajarkan Tanggung Jawab Sedini Mungkin

Anak usia 3-4 tahun sudah dapat melakukan hal-hal sederhana seperti mencuci tangan sebelum makan. Ajarkan anak untuk mencuci tangan sendiri sebelum ia makan. Anda juga bisa membiasakan anak mencuci buah misalnya apel, sebelum mereka memakannya. 

Beri penjelasan mengapa mencuci tangan sebelum makan itu penting. Kalau anak lupa mencuci tangan, jangan sekali-kali dibiarkan. Anda harus menegurnya dan menjelaskan lagi alasan harus mencuci tangan sebelum makan. Hal ini memang harus dilakukan berulang-kali agar anak dapat menyerap apa yang coba kita ajarkan. 

Yang perlu digarisbawahi adalah jangan menghukum anak usia 3-4 tahun. Anak usia ini belum paham konsep hukuman. Ia akan menganggap orang tuanya tidak sayang kepadanya karena telah menghukumnya. 

Hukuman mungkin akan membuat anak segera melaksanakan apa yang orang tuanya perintahkan. Namun, mereka melakukannya bukan karena tahu itu tanggung jawab mereka. Melainkan karena mereka takut mendapat hukuman. 

Kalau seperti itu, yang dilakukan anak tak lain hanya bentuk kepatuhan bukan sikap tanggung jawab. Kepatuhan yang hanya didasari perasaan takut mendapat hukuman hanya akan mematikan nalar anak. 

Jika anak-anak sudah terbiasa dengan satu bentuk tanggung jawab, Anda dapat mengenalkannya pada tanggung jawab yang lain sesuai dengan perkembangan anak. Misalnya, anak yang sudah mulai masuk sekolah harus dibiasakan menyiapkan peralatan sekolahnya sendiri. Ini akan melatih sikap tanggung jawabnya sebagai siswa. Ajarkan tanggung jawab secara bertahap dan konsisten. 

Ajari Anak Anda tentang Konsekuensi

Konsekuensi bisa diartikan sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan. Ada satu peribahasa yang menggambarkan makna konsekuensi, yaitu “apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai”. 

Setiap yang kita lakukan ada akibatnya. Bisa baik. Bisa buruk. Baik atau buruk bergantung tindakan apa yang kita lakukan. 

Konsekuensi erat kaitannya dengan hubungan sebab akibat. Misalnya, bila anak Anda memegang wajan yang sedang Anda gunakan untuk menggoreng, maka tangannya bisa melepuh. 

Konsekuensi berbeda dengan hukuman. Konsekuensi selalu berkaitan dengan sebab akibat, sedangkan hukuman tidak. 

Misalnya, seorang siswa tak mendengarkan gurunya yang sedang menjelaskan pelajaran dan malah mengobrol dengan teman sebangkunya. Konsekuensinya, dia mungkin tak bisa memahami materi pelajaran yang dijelaskan guru dan kesulitan menjawab soal saat ujian. Sedangkan bentuk hukuman, si guru mungkin akan menghukumnya dengan menyuruhnya berdiri di depan kelas. Nah, jelas berbeda, bukan? 

Entah disengaja atau tidak, saya kerap melihat orang tua yang justru tidak mengenalkan konsekuensi kepada anaknya. 

Misalnya, saat anaknya tersandung batu, ada orang tua yang malah menyalahkan batu, bukan malah menasehati anaknya agar berhati-hati. Ada juga yang menyalahkan kodok. Padahal jelas-jelas tak ada kodok di situ. Mungkin maksudnya agar anak yang tersandung tidak menangis. Hal seperti ini sebaiknya dihindari. 

Lebih baik tanyakan ke anak apakah ada yang sakit, dan tenangkan anak tanpa menyalahkan batu. Setelah anak tenang, berilah nasehat agar lain kali berhati-hati saat berjalan. 

Hal yang juga kerap dilakukan oleh orang tua adalah memanjakan anak dengan membabi buta. Misalnya, mengerjakan semua PR anak, selalu merapikan kamar anak, memberi uang jajan berlebihan, dan menuruti semua keinginan anak untuk mencegah anak menangis di depan umum. 

Ada juga orang tua yang menutup mata pada kesalahan-kesalahan yang anaknya lakukan. Bila dibiarkan terus, pola asuh seperti ini akan membuat anak-anak semakin terbiasa melakukan kesalahan, melanggar tata tertib, sulit diatur, dan tumbuh menjadi manusia yang egois. 

Kalau anak terlalu dimanjakan, ia tidak akan belajar tentang konsekuensi dan pada akhirnya Anda akan kesulitan menumbuhkan sikap tanggung jawab dalam jiwa anak-anak Anda.

Bimbing Anak Mengambil Keputusan

Membimbing anak mengambil keputusan bukan berarti Anda selalu menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan anak Anda. Barkan anak Anda mengambil keputusan sendiri. Berilah saran-saran secukupnya kepada anak Anda sebagai bentuk bimbingan. Biarkan anak Anda belajar memutuskan sendiri. 

Contohnya, ketika anak Anda ingin memelihara hewan peliharaan, Anda bisa menjelaskan tugas-tugas apa yang nantinya akan anak Anda lakukan untuk memelihara hewan pilihannya. Berdasarkan penjelasan Anda, biarkan anak memilih sendiri hewan peliharaan yang akan ia pelihara. 

Memelihara hewan bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab anak. Hewan peliharaan bisa berupa ikan, kucing, anjing atau yang lainnya. Apabila sudah memiliki hewan peliharaan, berikan tanggung jawab khusus pada anak Anda. Misalnya, ia harus mengajak anjingnya jalan-jalan setiap hari. Bisa juga dengan meminta anak memberikan makanan kepada hewan peliharaan secara rutin atau meminta anak membersihkan kandang hewan peliharaannya dengan teratur. 

Mengajari anak untuk bertanggung jawab terhadap pilihannya bertujuan agar kelak anak mampu membuat keputusan-keputusan yang terkait dengan kehidupannya maupun kehidupan orang-orang di sekitarnya dengan penuh rasa tanggung jawab. 

Sikap tanggung jawab tidak bisa melekat pada seseorang dalam waktu semalam. Butuh waktu yang lama, bahkan bisa sampai bertahun-tahun untuk menumbuhkannya. Maka, dibutuhkan kesabaran dan konsistensi orang tua dalam upayanya menumbuhkan sikap tanggung jawab pada anaknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memanfaatkan Buku "Seandainya Saya Wartawan Tempo" Sebagai Bahan Refleksi Seorang Guru

"Kalau dipikir-pikir, ada persamaan antara wartawan dengan guru. Sama-sama mendidik. Wartawan mendidik masyarakat melalui tulisan-tulisannya. Sementara guru mendidik siswa melalui pembelajarannya." Buat apa seorang guru membaca buku “Seandainya Saya Wartawan Tempo”? Guru tak bertugas menulis berita. Jadi, buat apa? Saya lupa kapan membeli buku tipis ini. Saya menemukannya setelah sekian lama berada di tumpukan buku-buku yang tak terbaca dan tak terurus. Saya mengumpulkan semua buku yang ada kaitannya dengan bahasa Indonesia. Hasilnya banyak didominasi buku-buku kuliah. Ada kamus bahasa Indonesia yang sudah robek, esai-esai bahasa, dan buku ini. Di antara buku-buku yang saya kumpulkan, saya memilih membaca buku ini. Mungkin karena buku ini lebih tipis dari buku-buku lain. Isinya hanya 96 halaman. Buku ini sebenarnya dicetak sebagai bahan pendidikan bagi para wartawan yang bekerja di majalah Tempo, terutama dalam menulis dan menyusun berita bentuk feature . Demi manfaat yang le...

Materi PPT Garis dan Sudut Matematika Kelas 4

  Assalamualaikum, bapak/ibu guru semuanya.  Kali ini guru mulang.com akan membagikan materi presentasi garis dan sudut dalam bentuk PPT.  Garis dan sudut merupakan salah satu materi yang menjadi dasar untuk mempelajari materi-materi geometri yang lain. Garis adalah rangkaian titik-titik yang saling terhubung. Sedangkan sudut adalah wilayah yang terbentuk dari dua buah garis lurus yang saling berpotongan.  Siswa yang mengetahui konsep garis dan sudut akan sangat terbantu dalam materi bangun datar maupun bangun ruang yang mulai diajarkan pada kelas 4 SD.  Untuk itu bapak/ibu, tentu kita tak mau anak-anak didik kita sampai gagal paham apa yang dimaksud garis dan apa yang dimaksud sudut. Nah, kali ini kami bagikan materi garis dan sudut dalam bentuk ppt interaktif.  Dalam materi yang kami bagikan kali ini, ada soal-soal interaktif di dalamnya yang bisa dikerjakan bersama-sama ketika mempelajari garis dan sudut.  Baiklah, tak perlu berlama-lama lagi, berik...

Tutorial Membaca Nilai Rapor

"Nilai rapor tak lagi mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa nilai rapor adalah nilai yang sudah dikatrol" Kalau kamu malas belajar, bodoh, jarang berangkat sekolah, tak pernah mengerjakan tugas dari gurumu, sering bikin ulah di sekolah, dan mengerjakan ujian asal-asalan, siap-siaplah terkejut dengan nilai rapormu. Mungkin kamu mengira nilai rapormu jelek semua, bahkan mungkin kamu mengira tidak akan naik kelas. Eiitss.... Kamu akan terkejut. Itu semua tak akan terjadi. Percayalah! Rapor zaman dulu ada nilai merah. Nilai merah berarti kemampuan anak kurang memadai. Zaman dulu hal seperti ini wajar saja. Sekarang, saat aku jadi guru, rupanya tak ada lagi nilai merah. Semua siswa "harus" diberi nilai di atas KKM, meskipun nyatanya ada siswa yang benar-benar tak layak dapat nilai di atas KKM. Nilai rapor tak lagi mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa nilai rapor adalah nilai ya...

Meninggalkan Jejak Kebaikan

"Aku tak cuma seorang guru di sana. Aku menjelma menjadi tukang cat dinding, tukang potong rumput dan tanaman hias, tukang membetulkan atap yang bocor, tukang antar siswa pulang sekolah, petani singkong dan jagung, sampai menjadi tukang air." - Guru Mulang - Ketika aku masih kuliah di semester delapan, aku mendapat tawaran bekerja di salah satu sekolah di desaku. Tepatnya di MI GUPPI Rakitan. Aku menolak. Saat itu, aku masih mengerjakan skripsi. Mengerjakan skripsi saja rasanya sudah keteteran sekali, apalagi ditambah dengan beban pekerjaan. Aku merasa tak mampu. Aku berencana mengejar target lulus sebelum pembukaan rekrutmen CPNS dimulai dan akan mengikuti rekrutmen CPNS. Namun, sialnya aku lulus ketika proses rekrutmen telah berakhir. Dan sejak saat itu proses rekrutmen CPNS tak kunjung dibuka.  Aku teringat tawaran untuk bekerja di MI GUPPI Rakitan, tempat dulu aku bersekolah. Aku datang ke sana memakai baju lengan panjang berwarna biru dan mengajukan lamaran pekerjaan. ...

Tidak Ada Anak Bodoh di Dunia Ini

" Mencintai anak-anak tidaklah cukup, yang juga penting adalah membuat anak-anak menyadari bahwa mereka dicintai orangtuanya ." - St. John Bosco - Tidak ada anak bodoh. Mereka yang kamu anggap bodoh sebenarnya hanya anak-anak yang kurang beruntung. Aku tak tahu ini naif atau tidak. Menurutku semua anak pada dasarnya cerdas dan baik. Tak ada anak bodoh. Tak ada anak jahat. Dalam bukunya Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (1983), Howard Gardner mengidentifikasi setidaknya delapan kecerdasan berbeda yang digunakan manusia untuk bertahan hidup, berkembang, dan membangun peradaban. Kecerdasan yang dimaksud yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik. Setidak-tidaknya anak-anak pasti memiliki salah satu dari delapan kecerdasan tersebut sebagai bekal tumbuh kembangnya. Bekal unik inilah yang harus dima...

Negeri Jagung dan Anak-Anaknya | Ulasan Buku Bocah Penjinak Angin, William Kamkwamba

"Penggambaran suasana saat terjadinya bencana kelaparan benar-benar bikin merinding. Orang-orang berjalan gontai seperti zombi. Tubuh mereka kurus seperti menyisakan tulang dan kulitnya saja." “Bocah Penjinak Angin” adalah sebuah novel yang bisa kutebak alur ceritanya dengan membaca uraian singkat di belakang buku. Memang ada jenis novel yang seperti itu. Buku ini salah satunya. Aku membeli dan membacanya, sebab yang menarik bukanlah alur cerita buku itu, melainkan gambaran kondisi di suatu lingkungan yang asing buatku. Afrika. Ketertarikanku terhadap buku ini juga karena kisah dalam buku ini diambil dari kisah nyata penulisnya. Latar tempatnya di Malawi, salah satu negara di wilayah benua Afrika. Aku belum pernah membaca novel dengan latar wilayah Afrika. Jadi, sepertinya menarik.  Malawi termasuk negara miskin. Saking miskinnya dari seluruh wilayah, hanya sekitar 11 % yang menikmati listrik. Aktivitas warga setelah matahari terbenam otomatis terhenti dan yang ada tinggal lo...

Bahagia Menjalani Hidup Seperti Anak-Anak

Saya rasa, satu kualitas hidup yang dimiliki anak-anak dan membuat mereka mudah bahagia adalah kemampuan mereka untuk memaafkan kesalahan orang lain. Sebagai guru SD jarang sekali saya mendapati murid-murid saya bersedih atas suatu masalah. Mereka memang mudah menangis kalau mengalami satu masalah yang sulit mereka atasi. Misalnya, saat berantem dengan temannya. Namun, itu tak pernah berlangsung lama. Hari itu juga mereka bisa berbaikan lalu kembali ketawa-ketiwi seolah tak terjadi apa-apa. Mereka terlihat selalu bahagia. Apa rahasianya? Saya penasaran mengapa anak kecil selalu terlihat bahagia. Sebagai guru SD, saya punya banyak waktu dan kesempatan untuk berinteraksi dengan mereka dan mencoba mencari tahu mengapa mereka selalu terlihat bahagia. Setidaknya, ada beberapa hal yang saya kira menjadi penyebab anak kecil relatif terlihat selalu bahagia. 1. Mudah memaafkan Saat mengajar kelas 4, ada seorang siswa yang berkelahi dengan temannya. Waktu itu saya sedang memeriksa kelom...

Resensi Buku Senja dan Cinta yang Berdarah Karya Seno Gumira Ajidarma

  Mulai dari seorang pendekar yang meloncat dari satu rumah ke rumah lain, percintaan di dalam kereta api, anak pelacur yang kebingungan menulis cerita, senja yang dicuri, pemain bola yang menggiring bolanya sampai ke ujung dunia; apapun bisa ditulis oleh Seno. OPEN ENDING DAN CERITA YANG TELAH SELESAI DITULIS Selama liburan semester, tak banyak yang bisa saya lakukan selain membaca buku. Dari pada tidak melakukan apapun, saya duduk di sofa, buku di tangan kiri, kopi di tangan kanan, jodoh di tangan Tuhan. Mantap! Mulailah saya membaca. “Senja dan Cinta yang Berdarah,”adalah salah satu buku yang saya baca. Buku ini berisi 85 cerita pendek yang ditulis Seno Gumira Ajidarma di Harian Kompas 1978-2013. Cerita pertama yang saya baca adalah “Pembunuhan”(1978). Seorang pengarang cerita detektif (pensiunan intel melayu yang sangat dibenci bandit-bandit) menulis cerita tentang seorang pencari kayu bakar di hutan yang melihat mayat perempuan dan seorang lelaki yang berlari membawa gol...

Membaca Percikan Pemikiran Dr. M. Arfan Mu’ammar, M.Pd.I dalam Nalar Kritis Pendidikan

"Kekerasan simbolik dilakukan dengan mekanisme “penyembunyian kekerasan” menjadi sesuatu yang diterima    sebagai “yang memang seharusnya demikian.” - Pierre Bourdieu - Buku “Nalar Kritis Pendidikan” ditulis oleh M. Arfan Mu’ammar, seorang dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Di sampul depan buku ini ada gambar wajah manusia dengan bagian kepala dibuat transparan sehingga otak di dalamnya terlihat. Gambar ini sesuai sekali dengan judul buku. Nalar kritis tentu erat kaitannya dengan otak yang merupakan sarana berpikir kritis. Kalau otak tidak beres bagaimana mau berpikir kritis? Bagian latar belakang gambar wajah manusia itu adalah benda-benda yang erat kaitannya dengan pendidikan. Banyak sekali. Pulpen, pensil, bola, gitar, buku, kok, tas sekolah, mesin ketik, kuas, cat, dan telepon pintar. Benda-benda ini boleh jadi melambangkan betapa pendidikan itu kompleks sekali. Ia tak semata-mata mengurus perihal kecerdasan otak. Ia juga mengurus kelembutan perasaan yang dipero...

Mengisap Asap

"Masyarakat kita didominasi orang-orang miskin. Masalah sampah tentu saja bukan menjadi prioritas. Prioritas orang-orang miskin tentu saja bagaimana memperoleh uang untuk membiayai kehidupan mereka. Jadi, kalau lingkungan kita masih berantakan, masih ada sampah di mana-mana, bisa jadi kita masih tergolong orang-orang miskin. Ya, miskin harta. Ya, miskin ilmu."  MENGISAP ASAP Salah satu harapan hidup di desa adalah dapat menghirup udara segar di pagi hari. Namun, harapan hanya harapan. Nyatanya, orang-orang di desa kerap membakar sampah mereka tak kenal waktu dan tak kenal tempat. Orang-orang telah menganggap biasa hal ini. Mereka mungkin tidak merasa bersalah dan tidak tahu bahwa sebenarnya yang mereka lakukan melanggar hukum. Asap dari sampah yang mereka bakar menjadi polutan yang terisap masuk sistem pernapasan manusia. Aku kesal sekali dengan hal ini. Pasalnya, perjalananku berangkat kerja diwarnai asap pekat hasil pembakaran sampah di pinggir jalan. Dari Desa Ampel...