Menciptakan Kenangan di Dalam Kelas
Lcc kelas 4 A tahun 20200 |
18 tahun saya belajar secara formal; 1 tahun di TK, 6 tahun di MI, 3 tahun di SMP, dan 3 tahun di MA, serta 5 tahun kuliah di perguruan tinggi. Hampir separuh usia saya saat ini saya habiskan di dalam kelas untuk belajar.
Meski begitu, tak banyak hal-hal yang bisa saya ingat di dalam kelas. Mungkin karena dahulu, para guru lebih suka berceramah, menjelaskan atau menerangkan hal-hal yang ada di dalam buku.
Hampir semua guru seperti itu, sehingga rasanya tak berkesan dan tak mengendap di ingatan saya. Tak semuanya seperti itu, ada juga yang mengendap kuat di dalam ingatan, bahkan sampai saat ini. Tapi hanya sedikit. Benar-benar hanya sedikit.
Saya masih ingat nama-nama para guru yang pernah mendidik saya. Namun, kadang saya termenung sebab sebagian besar dari mereka hanya saya ingat nama dan wajahnya saja. Hanya sedikit yang membuat kesan dan kenangan yang membekas dalam ingatan.
Sekarang saya menjadi seorang guru dan kerap merenungkan bagaimana nanti saya akan dikenang sebagai seorang guru oleh murid-murid saya.
Saya ingin dikenang sebagai guru yang menyenangkan, menginspirasi, dan memotivasi mereka. Namun saya tahu itu bukan hal yang mudah. Perlu kesungguhan, kegigihan, dan keikhlasan yang tiada putus-putusnya.
Zaman sekarang jadi guru itu mudah. Tapi, bersungguh-sungguh melaksanakan kewajiban guru itu sulit.
Dulu saya kira tugas seorang guru hanya mengajar dan mendidik. Sekarang saya tahu bahwa selain mengajar dan mendidik, ada banyak tugas tambahan yang dibebankan kepada seorang guru. Tugas tambahan itu justru kerap lebih banyak dan lebih berat dari pada tugas utama seorang guru.
Belum lagi jika kita membahas kesejahteraan guru. Bayangkan saja, ada banyak guru di luar sana yang digaji hanya dua ratus ribu sebulan. Hari gini, uang segitu mana cukup buat sebulan. Saya beruntung karena tak harus mengalaminya.
Memang berat jadi guru, tapi itu bukan alasan untuk berhenti berupaya. Di sela-sela kesibukan mengurus tugas tambahan yang memberatkan itu, sedikit demi sedikit saya menyusun sebuah lomba sederhana untuk kami mainkan di dalam kelas bersama-sama.
Butuh waktu satu bulan menyusunnya; mencari soal-soal dan jawaban-jawaban, gambar-gambar, ilustrasi, dan tentu membuat format yang tepat untuk setiap anak yang terlibat sebab kemampuan setiap anak berbeda-beda.
Saya mencoba mengakomodasi perbedaan kemampuan tiap murid. Meskipun itu susah. Ada yang suka matematika, maka saya buatkan soal matematika. Ada yang sebenarnya bisa menjawab, tapi sangat pemalu, maka saya buatkan soal yang mengharuskan jawabannya di tulis di selembar kertas. Ada yang hafal sekali surat-surat pendek di Al-Qur'an, maka saya buatkan soal sambung ayat. Bahkan saya membuat soal nama-nama guru di sekolah kami, sebab ada murid yang hafal sekali nama guru di sekolahnya ini.
Hal sederhana ini membuat perlombaan tidak didominasi kelompok belajar tertentu saja. Saat pelaksanaan, poin mereka susul menyusul satu sama lain sehingga tensi perlombaan tetap terjaga hingga akhir. Tak ada yang patah semangat di tengah perlombaan.
Saya juga melibatkan mereka sejak awal. Mereka membuat soal-soal dan jawaban-jawaban. Mereka menentukan kelompok belajar sendiri. Beberapa anak bahkan membantu saya memilihkan hadiah untuk para juara nantinya. Dan akhirnya kami memainkannya. Kami memainkan lomba sederhana itu di dalam kelas selama dua hari.
Rasanya menyenangkan melihat mereka sangat antusias, bersaing satu sama lain, mencoba mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Suasana kelas sangat hidup. Tak satu pun yang terlihat lesu. Anak-anak dari kelas lain bahkan mengintip lewat jendela dan kerap terlihat geregetan saat ada kelompok yang salah menjawab soal.
Upaya yang melelahkan selama kurang lebih satu bulan terbayar lunas dengan menyaksikan anak-anak bergembira. Lega.
Mungkin buat mereka, ini bukan kenangan paling membahagiakan di dalam kelas. Tapi saya yakin kami telah berhasil menciptakan kenangan di dalam kelas yang tak akan mudah dilupakan.
Baca artikel menarik lainnya di blog ini:
Review Buku A Brief Histori of Time; Pertanyaan-Pertanyaan Besar Umat Manusia dan Upaya Menjawabnya
Review Buku Gentle Discipline; Sebuah Upaya Mendisiplinkan Anak Dengan Lembut
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda!