Ulasan Buku Okei; Kasih Tak Sampai Seorang Samurai Karya Mitsugu Saotome
Perbedaan Sistem Kasta di Jepang dengan yang Ada di Indonesia
Beberapa hari yang lalu aku selesai membaca buku berjudul “Okei” karya Mitsugu Saotome.
Aku menemukan buku ini pada sebuah bazar. Karena murah dan ringkasan cerita dibelakang sampul buku cukup menarik, maka aku beli buku “Okei” ini. Penulis buku ini mungkin tidak terlalu terkenal. Mungkin itu juga sebabnya aku menemukan buku ini di bazar buku murah. Tapi, meskipun murah, ternyata buku ini sangat memuaskan.
Buku ini berisi gambaran perang yang terjadi bertahun-tahun antara kekaisaran Jepang di bagian barat melawan keshogunan di kota Edo. Namun, aku tidak akan membahas bagian perangnya.
Aku lebih tertarik pada bumbu ceritanya, yaitu kisah cinta Okei dan seorang samurai berpangkat rendah.
Kisah bermula ketika pasukan kekaisaran berhasil menembus benteng terluar kota Edo. Dari sanalah Okei mulai terlibat. Okei, yang tidak tahu apa-apa soal perang, akhirnya ikut terlibat juga.
Dia terlibat melalui sebuah kejadian yang tak disengaja. Seorang komandan pasukan datang ke rumahnya saat dia sendirian. Dia mengira si komandan berniat buruk dan dia berhasil membunuh komandan itu. Padahal, komandan itu sebenarnya hanya ingin mengecek pesanan gentong-gentong wadah bubuk mesiu yang dipesan kepada ayah Okei. Sejak saat itulah Okei menjadi buronan dan dianggap mata-mata musuh.
Dalam pelarian demi pelariannya, dia bertemu seorang samurai muda berpangkat rendah. Si samurai itu kemudian memutuskan untuk melindungi Okei. Mereka akhirnya saling jatuh cinta.
Namun, perang yang sedang berkecamuk sama sekali tak memberi ruang untuk mereka. Yang menarik di sini adalah bagaimana prinsip hidup yang dipegang si samurai malah menghalangi hubungan mereka.
Masyarakat Jepang pada waktu itu digolongkan dalam kelas-kelas atau kasta tertentu. Ada kasta samurai, pedagang, agamawan, ada juga petani dan pengrajin. Masing-masing kasta memiliki kode etik yang sangat dipegang erat oleh anggotanya.
Bagi Okei, yang seorang anak pengrajin kayu, mencintai seorang lelaki dari kasta samurai dan ingin hidup bersamanya adalah sebuah gagasan yang utopis. Dia tahu benar bahwa kasta samurai adalah yang paling fanatik dalam memegang kode etik kaumnya.
Meski laki-laki pujaannya hanya samurai berpangkat rendah, dia tau tak ada harapan. Apalagi dalam kondisi perang. Tak ada waktu untuk urusan perasaan seorang gadis anak pengrajin kayu.
Pengelompokan dalam kasta-kasta tertentu sebenarnya juga ada di Indonesia zaman dulu. Ada kasta brahmana, kesatria, sudra, dan waisya.
Menariknya adalah, kasta tertinggi di Indonesia dan Jepang berbeda. Kasta tertinggi di Indonesia adalah kasta brahmana yang isinya agamawan yang menentukan contoh moral yang tinggi dalam masyarakat.
Sedangkan di Jepang kasta tertinggi justru dipegang oleh kaum samurai yang tentu saja isinya adalah para perajurit. Merekalah yang memberi teladan untuk ukuran moral yang harus dipegang teguh masyarakat.
Kasta sudra yang isinya petani merupakan kasta terendah di Indonesia. Sementara di Jepang, para petani justru menempati kasta tertinggi kedua setelah kaum samurai. Sedangkan yang menempati kasta terendah adalah pedagang. Hal ini karena pedagang dianggap tak menghasilkan produk apapun. Tidak seperti petani dan pengrajin. Kaum agamawan tidak terlalu jelas posisinya.
Persamaan sistem kasta yang ada di dunia barangkali pada penyatuan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan dari kasta yang berbeda akan sulit menikah atau bahkan tidak memungkinkan, seperti kiskah Okei.
Zaman sekarang mungkin sistem kasta sudah tidak lagi dianggap relevan. Namun, pada kenyataannya masih banyak yang menggunakan sistem kasta seperti ini secara sadar maupun tidak. Mungkin dengan bentuk kasta yang lain.
Info buku:
Judul Buku: Okei | Penulis: Mitsugu Saotome| Penerjemah: Istiani Prajoko | Penyunting: Fenty Nadia Luwis | Penerbit: Serambi | Tebal: 596 Halaman | ISBN: 978-979-024-405-4 | Kategori: Novel Dewasa
Baca ulasan buku Karya Penulis Jepang yang Lain :
MEMBUANG KEMUNAFIKKAN MENYEMAI KEJUJURAN! ULASAN BUKU BOTCHAN KARYA NATSUME SOSEKI
TERIMA KASIH
SUDAH MAMPIR DI BLOG INI!
👍👍👍👍
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR ANDA!
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda!