SEMOGA TAK JADI DIPOTONG
Tapiiii... Ini Konoha, Bos!!!
Kita harus siap kena prank. Lagi. Dan Lagi. Dan sekali lagi sebab kita sudah sering banget kena prank sama pemerintah.
Aku tak terlalu percaya dana BOS maupun BOP tak kena potong. Buktinya, barusan aku cek nominal anggaran RA di portal BOS Kemenag sudah kena potong 50%. Kalau memang tidak kena potong kenapa nominal anggarannya cuma 50%? Ah, entahlah.
Emang, akhir-akhir ini rasanya miris banget baca berita-berita di media sosial: korupsi, pembredelan, pencekalan karya seni, pencabulan, judi online, bunuh diri, mafia bolaa... Apa lagi? Ayo sebutkan! Kamu pasti juga bisa menyebutkannya, kan? Masa enggak bisa?
INDONESIA EMAS 2045?
Enggak bakal. Yang ada, Indonesia cemas! Lah, gimana mau Indonesia emas, emasnya aja dikorupsi. Haha....
Tadi saat live streaming salah satu narasumber bilang bahwa tanpa dipotong saja, sekolah sudah kesulitan membiayai operasionalnya. Lah, ini malah mau dipotong? Bagi sekolah yang siswanya banyak, guru-guru yang mengajar PNS, mungkin gak masalah banget. Tapi, bagi sekolah yang guru PNS-nya cuma dua seperti di sekolahku, ini benar-benar potensi masalah yang cukup serius. Apalagi dengan jumlah siswa yang tak seberapa. Di sekolahku total ada tujuh guru non-PNS dan satu orang petugas kebersihan yang digaji dengan dana BOS. Kalau dana BOS beneran mau dipotong, tentu akan ada pengurangan anggaran pada salah satu mata anggaran.
Apa mungkin memotong anggaran untuk kegiatan siswa? Ya, mungkin saja. Tapi, kualitas pembelajaran jelas akan menurun. Jadi, bagaimana dengan opsi lain? Opsi apa? Mau nyunat honor guru non-ASN? Ya, elahhh.... Nggak disunat aja napas udah pendek banget.
Dapat gaji hari ini, hari ini juga habis. Buat beli BENSIN OPLOSAN aja kagak cukup, bos!! Yakin, mau nyunat honor guru?
Tapi, kalau bukan guru yang dikorbankan, mau mengorbankan apa lagi. Kan emang guru itu pahlawan. Pahlawan tanpa tanda jasa, yang sekaligus harus berkorban. Niat hati, tahun ini mau naikin honor salah satu guru yang udah lumayan lama ngajar dan orangnya lumayan rajin. Sayang sekali, bukannya naik, kemungkinan malah bakalan turun. Enggak ding. Mau bagaimanapun kerenya sekolah pasti ada duit buat tetep bayar guru. Bismillah aja.
Hanya bisa menghela napas dalam-dalam.
Rasanya miris banget, kebijakan-kebijakan pendidikan dibuat oleh orang-orang yang gak pernah ngajar di kelas. Eh, tapi aku asal ngomong doang, kok! Nggak perlu kalian dengarkan ocehanku ini. Haha...
Yang jelas, sebagai praktisi bendahara BOS yang baru berpengalaman selama dua tahun, aku sudah menghitung dan menghitung lagi berbagai kemungkinan menganggarkan dana BOS seirit mungkin agar segala kebutuhan operasional sekolah dapat terpenuhi. Dan, aku masih belum menemukan bagaimana caranya hal itu mungkin dilakukan. Alias... Tidak mungkin.
Oke, sekolahku memang sekolah swasta dan masih boleh menarik uang bulanan dari wali siswa. Tapi boskuuuu....
Sekolahku termasuk sekolah pinggiran di desa, dan memang menarik uang bulanan ke wali siswa. Kau tahu berapa? Duapuluh ribu rupiah. Ini murah banget, kan? Kalau kamu bagi 20 ribu rupiah itu dengan jumlah hari dalam satu bulan, tak sampai seribu per hari kamu bayar sekolah di sana.
Semurah ini saja banyak banget yang gak bayar, bos! Beneran. Padahal, aku sering liat uang saku anak-anak biasanya dikisaran 5 sampai 10 ribu, bahkan ada yang 50 ribu. Iya, 50 ribu. Kalau dikumpulin sampai sebulan aja gajiku masih kalah jauh, bos!
Sebenarnya, pendidikan itu penting gak sih? Kalau penting, kenapa kepikiran buat menggunting dana BOS yang sejatinya sudah sangat genting? Pake acara bikin program makan siang gratis segala. Lah, gak semua anak stunting kok. Kalau ada dananya sih gak papa.
Jadi, gimana boskuuu...
Embuh!
--------------------------------
Artikel lain di blog ini:
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda!