"Bagaimana dengan
orang-orang yang telah berbuat baik, namun yang mereka terima justru cacian,
hinaan, dan kebencian? Apakah hukum tabur-tuai tidak berlaku bagi mereka?"
KONSEP HUKUM TABUR-TUAI
Siapa yang tak
tahu hukum tabur-tuai? Mungkin semua orang tahu. Siapa yang menabur benih ia
akan menuai hasilnya (Galatia 6:7). Petani yang menabur benih padi di sawahnya,
kelak menuai padi di sana.
Kabar baiknya, hukum tabur-tuai ini tidak hanya
berlaku untuk petani saja. Hukum tabur-tuai ini berlaku untuk semua orang dalam
segala aspek kehidupan.
Siapa menabur kebencian, ia memanen kebencian.
Siapa menabur kedamaian, ia memanen kedamaian.
Bagaimana dengan orang-orang yang telah berbuat
baik, namun yang mereka terima justru cacian, hinaan, dan kebencian? Apakah
hukum tabur-tuai tidak berlaku bagi mereka?
Perlu disadari bahwa apa yang kita tabur belum
tentu saat ini juga, atau besok, atau lusa dapat kita petik hasilnya. Seperti
Rasul kita, beliau menabur kebaikan dan kedamaian di antara umatnya. Tapi yang
beliau dapatkan waktu itu justru lemparan batu dari umatnya, cacian, bahkan
beliau dianggap gila. Tapi beliau tetap sabar. Dan, sekarang kita bisa melihat
hasilnya. Pesan-pesan yang disampaikan beliau abadi.
Hasil yang kita petik juga tidak selalu sama
dengan apa yang kita harapkan. Petani yang menabur benih padi belum tentu panen
padi. Bisa saja suatu hari sebelum padinya berisi, ribuan hama memorak-porandakan
padinya hingga yang tersisa hanya segromol suket teki. Tapi dari situ, si
petani bisa saja memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang hama tersebut dan
pada tahun selanjutnya mampu mengatasinya dengan baik. Petani itu memetik
pengetahuan dari kejadian yang dialaminya.
Bagaimana Agar Hukum Tabur-Tuai Bekerja dengan
Baik?
Yang perlu kita miliki agar hukum tabur-tuai
bekerja dengan baik adalah keyakinan, niat, usaha, serta doa.
Keyakinan
Seorang petani tidak akan menabur benih jagung
jika ia tidak yakin benihnya bisa tumbuh dan menghasilkan jagung. Seorang
pengusaha tidak akan memasang iklan di mana-mana dengan biaya jutaan, jika ia
tidak yakin bahwa iklan itu mampu mendongkrak penjualan produknya. Seorang
mahasiswa tidak akan berlelah-lelah dengan tugas dan revisi-revisinya yang
menjengkelkan, jika ia tak yakin akan memperoleh hasil darinya, minimal berupa
nilai dari dosen. Jadi keyakinan jelas diperlukan agar kita masuk pada hukum
tabur tuai.
Niat
Orang yang bersedekah dengan niat agar dilihat
dan dinilai sebagai seorang yang dermawan, maka yang ia petik hanyalah
pujian-pujian dari manusia yang sifatnya fana. Sedangkan hasil yang
"sejati" tak akan ia petik sedikitpun. Niat yang benar harus
mendasari setiap tindakan kita, agar yang kita petik adalah hasil yang
"sejati".
Usaha.
Tidak serta-merta padi yang telah tumbuh dapat
berbuah. Rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitarnya harus dicabuti. Hama-hama
yang menyerang harus ditanggulangi. Itulah yang harus dilakukan petani agar ia
memetik apa yang telah ia tabur. Diperlukan proses yang konsisten dan kesabaran
menantikan apa yang akan kita raih.
Seringkali kita menyerah sebelum mendapat hasil
yang kita inginkan. Bersabarlah. Usaha kita adalah "doa kesibukan"
dan "zikir kesibukan" yang harus kita landasi dengan niat dan
keyakinan yang kuat bahwa Allah tak pernah tidur dan rahmatnya tak pernah
putus.
Terakhir, Doa
Ya, kita perlu berdoa. Karena usaha tanpa doa
bagaikan anak panah tanpa busurnya.
Teruslah berbuat kebaikan sebesar apapun yang
bisa kita lakukan.
Selamat menunaikan ibadah puasa.
--------------------------
Sumber gambar: pixabay.com
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda!