Realitas Umat Islam di Negeri Ini dalam Sebuah Komik | Ulasan Komik Islam Yang Kulihat Karya Fajar Istiqlal
Kritik Lewat Komik
Komik ini berjudul Islam yang Kulihat mungkin karena penulis bermaksud menyampaikan bahwa Islam di kehidupan nyata berbeda dengan Islam dalam teori. Hal ini memang terbukti dari isi di dalam komik yang kubaca ini.
Komik ini berisi cerita-cerita yang menyampaikan pesan-pesan agama Islam dengan gambar-gambar yang sederhana namun kocak. Komik ini juga bisa dimaknai sebagai kritik atas umat Islam. Perilaku sebagian besar umat Islam di Indonesia justru tidak mencerminkan ajaran Islam yang oleh umatnya dianggap telah sempurna. Contoh yang paling gamblang adalah ajaran Islam mengenai cinta kebersihan yang sering kali tidak diamalkan. Akibatnya, kita kerap mendapati tumpukan sampah di pinggir jalan, di trotoar, di depan sekolah, dan di mana-mana. Bahkan, yang paling ironis adalah sampah yang berserakan di sebuah tempat yang baru saja digunakan untuk pengajian.
Kembali ke pembahasan komik ini. Sebagai alat penyampai pesan untuk anak-anak komik ini menurutku berhasil selangkah lebih maju daripada ceramah. Ya, anak-anak tak akan jatuh mengantuk saat membaca komik ini sebab cerita-ceritanya menarik dan membuat penasaran pembaca.
Komik ini berisi sepuluh cerita dengan judul:
- Muda Hura-Hura
- Salah Siapa
- Judi!!!
- Jaga Auratmu
- Maut Datang Sesukanya
- Preman Tobat
- Nasihat Ayah
- Pelit Kelas Dewa but
- Yang Penting Sabar
- Syukur, Bukan Syukurin
Dalam cerita pertama, Muda Hura-Hura, seorang pemuda yang mempunyai kebiasaan buruk berupa minum-minuman keras, main judi, menghambur-hamburkan uang pemberian orang tuanya, terus melakukan hal itu sampai suatu ketika masa mudanya habis. Saat orang tuanya tak lagi mampu membiayai gaya hidupnya, saat itulah pemuda itu tersadar masa mudanya telah menguap dan ia kini harus berusaha mencari uang sendiri tanpa keterampilan apa-apa sebab di masa mudanya ia tak pernah belajar keterampilan apapun. Ia hanya menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang. Alhasil saat teman-temannya sudah mampu hidup mandiri, pemuda ini malah terus-menerus menjadi beban buat orang lain.
Di setiap akhir cerita selalu ada satu halaman khusus yang isinya kata-kata motivasi, ayat-ayat Al-Quran, hadis Nabi, atau petuah bijak dari orang-orang.
Mengimbangi Dominasi Cerita-Cerita Kejahatan
Sebagai media pembawa pesan, komik ini menurutku lumayan bagus. Hanya saja, sangat disayangkan hampir semua cerita menanyangkan keburukan terlebih dahulu baru kemudian efek dari keburukan itu, alih-alih menayangkan kebaikan dan kemudian menyampaikan manfaatnya. Hal seperti ini justru berpotensi lebih menonjolkan keburukan daripada kebaikan.
Hanya satu cerita yang tak menyuguhkan keburukan terlebih dahulu, yaitu yang berjudul Salah Siapa yang menceritakan seorang guru menguji murid-muridnya dengan menyuruh mereka masuk ke dalam goa dan menuruti perintah guru itu.
Dalam kuliah umum yang pernah kuikuti semasa menjadi mahasiswa, seorang penulis cerita anak pernah mengkritik para penulis cerita anak yang berpola menampilkan keburukan lebih dulu baru efek dari keburukan itu. Seperti cerita tentang Kancil Si Pencuri, Harimau yang Serakah, Kelinci yang Sombong, dan sebagainya. Cerita-cerita seperti ini mendominasi dunia cerita anak di negeri ini.
Kritik kemudian dilanjutkan dengan saran untuk mengimbangi pola ini dengan pola lainnya, yaitu menampilkan kebaikan terlebih dahulu baru manfaat dari melakukannya. Misalnya dengan cerita-cerita seperti Si Jerapah yang Dermawan, Gajah yang Baik Hati, dan sebagainya. Hal ini perlu dilakukan agar anak-anak mengenal perilaku-perilaku baik dan buruk secara seimbang. Bukankah tak cukup jika kita hanya menjadi manusia yang menghindari kejahatan tanpa melakukan kebaikan selain itu?
Anak-anak kita harus mengenal dan mencintai kebaikan agar mereka mau melakukannya dengan senang hati. Di samping itu, mereka harus mengenal kejahatan dan membencinya agar mereka selalu berusaha tak terjerumus kedalamnya. Dengan kata lain, "Amar ma'ruf nahi munkar," bukankah begitu?
Namun, terlepas dari kekurangan buku ini, saya tetap merekomendasikan buku ini untuk koleksi pribadi maupun koleksi perpustakaan sekolah, khususnya tingkat SD/MI. Buku ini telah terbukti bisa menarik minat baca siswa dari seringnya buku ini dipinjam oleh siswa-siswaku.
Maaf, yang ini terbalik.
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda!