Langsung ke konten utama

Belajar dari Kegagalan Melamar Kerja

"Persiapan yang buruk membuatmu memperoleh hasil yang buruk. Sedangkan persiapan yang baik belum tentu membuatmu memperoleh hasil yang baik. Kegagalan itu menyakitkan, jadi persiapkan dirimu dengan sangat baik." - Aji Budi Riyanto -

Aku banyak belajar dari pengalaman melamar kerja sebagai guru Bahasa Indonesia. Aku belajar berinteraksi dengan orang-orang baru. Kali lain, ketika ada kesempatan, aku akan berinisiatif mengenalkan diri terlebih dahulu kepada orang lain. Ini keterampilan yang cukup penting namun tidak mudah: menjalin relasi.

Pada pengalaman pertamaku melamar kerja, ada sembilan peserta yang mengikuti seleksi. Mereka kulihat kurang persiapan sepertiku. Kalau saja aku mau mempersiapkan diri sedikit lebih baik dari mereka, mungkin saja aku yang akan lolos.

Seleksi dilakukan dua tahap. Tahap pertama tes tertulis dengan mengerjakan soal-soal pilihan ganda. Sedangkan tahap kedua praktek mengajar langsung. Pada tes tertulis, aku mampu menyelesaikan soal yang diberikan panitia dengan cepat. Dari sembilan peserta aku mendapat nilai terbaik.

Pada tahap praktek mengajar, kulihat banyak dari mereka kurang persiapan. Peserta pertama yang paling kacau. Ini bisa dimaklumi. Dia kurang persiapan. Selain kurang persiapan, dia maju pertama sehingga tak ada contoh dari peserta lain. Dia tak memanfaatkan waktu dengan baik. Waktu sepuluh menit yang diberikan hanya dia pakai sekitar empat menit. 

Ada dua peserta yang mempersiapkan diri dengan sangat baik. Mereka membuat RPP dan pastinya mereka telah berlatih untuk praktek pembelajaran.

Salah satu dari mereka telah berpengalaman mengajar selama 10 tahun. Untuk ukuran seorang guru yang sudah berpengalaman selama itu, menurutku penampilannya payah. Namun, jika dibandingkan dengan peserta lain, dialah yang terbaik. Dia membuat RPP, dia memaksimalkan waktu yang diberikan dengan sangat baik. Dia membuka pembelajaran dengan baik, dia menyampaikan materi dengan baik, dan dia menutup pembelajaran juga dengan baik.

Ternyata aku lolos ke tahap selanjutnya. Tahap wawancara. Dari sembilan peserta diambil lima kandidat yang deseleksi lagi melalui wawancara. Dari lima kandidat diambil dua peserta untuk wawancara tahap akhir dengan kepala sekolah dan ketua yayasan. Aku berkesempatan masuk tahap akhir dengan seorang gadis asal Wonosobo. Aku lupa namanya. Di tes wawancara terakhir ini aku diminta melafalkan doa qunut. Sayangnya aku tak hafal. Mungkin karena inilah bukan aku yang terpilih. 

Dari kegagalanku, aku belajar: 

Pertama, kita harus setidaknya yakin bahwa semua peserta seleksi memiliki peluang yang sama besar. Peluang yang sama besar ini baru berubah setelah beberapa tes dilakukan termasuk wawancara. Artinya, kita tak perlu minder atau tidak percaya diri. Minder hanya akan mengganggu konsentrasimu. Tidak ada manfaatnya sama sekali. Sebaiknya, pandanglah orang lain dengan pandangan yang wajar.

Mereka bisa saja lebih baik darimu sebagaimana kamu bisa saja lebih baik dari mereka. Kamu bisa saja lebih buruk dari mereka sebagaimana mereka bisa saja lebih buruk darimu. Mereka bisa saja setara denganmu sebagaimana kamu bisa saja setara dengan mereka. Tak ada masalah jika mereka memang lebih kompeten darimu, itu hanya sinyal bahwa kamu perlu meningkatkan diri lagi.

Karena pada seleksi kali ini aku merasa kualitasku masih rata-rata, bahkan tergolong buruk, maka aku perlu berlatih untuk meningkatkan kualitasku. Minimal, aku harus berlatih memperbaiki public speaking. Kemampuan ini sangat penting untuk selalu dilatih dan dilatih lagi dan lagi.

Kalau kamu sepertiku, sama-sama calon guru bahasa Indonesia, kamu perlu meningkatkan empat kemampuan berbahasamu yaitu menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Teruslah berkembang, jangan pernah merasa puas dengan kebaikan.

Kedua, persiapan yang buruk membuatmu memperoleh hasil yang buruk. Sedangkan persiapan yang baik belum tentu membuatmu memperoleh hasil yang baik. Kegagalan itu menyakitkan, jadi persiapkan dirimu dengan sangat baik.

Kegagalan terasa lebih menyakitkan kalau kamu nyaris berhasil. Seperti aku yang sudah sampai di tahap akhir wawancara ini.

Waktu itu aku memiliki kesempatan untuk membuat RPP, namun aku tidak membuatnya. Kalau aku membuatnya, tentu aku akan memiliki nilai lebih di hadapan dewan seleksi. Aku juga punya kesempatan untuk mencari informasi mengenai bagaimana proses seleksi di sekolah yang kulamar. Sayangnya aku tak melakukannya sehingga aku tak tahu kalau di sekolah itu mengharuskan gurunya hafal doa Qunut.

Kita tak tahu hari depan akan seperti apa. Itulah sebabnya persiapan selalu dibutuhkan. Apapun tujuanmu. Persiapan relatif bisa membuat tujuanmu lebih mudah tercapai.

Ketiga, ambil inisiatif untuk lebih aktif. Tidak ada salahnya mengambil inisiatif. Salah satu inisiatif yang dapat kamu lakukan yaitu dengan aktif bertanya baik kepada tim seleksi maupun kepada peserta lain. Dengan aktif bertanya atau memulai obrolan dengan peserta lain, kamu melepaskan ketegangan persaingan dan membuat dirimu menjadi semakin santai.

Ketegangan-ketegangan yang tadinya sangat mengganggu konsentrasi dapat kamu atasi melalui keakraban dengan peserta lain. Selain melepaskan ketegangan, kamu akan memiliki relasi baru.

Relasi pertemanan dari pengalaman mencari kerja mungkin sangat sementara. Kamu mungkin saja hanya mengenal mereka ketika seleski dilakukan. Tapi itu sama sekali bukan masalah. Kamu bisa menyimpan informasi mereka. Karena mengingat wajah dalam jangka waktu lama dengan hanya pertemuan singkat adalah suatu hal yang sulit, maka kamu bisa menyimpan nomor atau media sosialnya untuk tetap menjalin komunikasi bila diperlukan. Kamu bisa berbagi informasi lowongan kerja dengannya.

Keempat, baca baik-baik informasi lowongan yang akan kamu lamar.  Ini sangat penting. Kamu harus pelajari informasi itu sedetail mungkin dan jika perlu pelajari juga instansi atau lembaga yang kamu lamar. Jangan seperti aku. Aku melamar sebagai guru bahasa Indonesia SMP. Ternyata hanya posisi tes dan wawancaranya saja yang dilakukan di SMP. Sedangkan lowongan gurunya untuk tingkat SD.

Ya, begitulah.

Simpulan dari simpulan yang telah kutulis adalah: jadilah pembelajar sepanjang hidup.
 
Banjarnegara
Sabtu, 1 Januari 2020

--------------------------------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memanfaatkan Buku "Seandainya Saya Wartawan Tempo" Sebagai Bahan Refleksi Seorang Guru

"Kalau dipikir-pikir, ada persamaan antara wartawan dengan guru. Sama-sama mendidik. Wartawan mendidik masyarakat melalui tulisan-tulisannya. Sementara guru mendidik siswa melalui pembelajarannya." Buat apa seorang guru membaca buku “Seandainya Saya Wartawan Tempo”? Guru tak bertugas menulis berita. Jadi, buat apa? Saya lupa kapan membeli buku tipis ini. Saya menemukannya setelah sekian lama berada di tumpukan buku-buku yang tak terbaca dan tak terurus. Saya mengumpulkan semua buku yang ada kaitannya dengan bahasa Indonesia. Hasilnya banyak didominasi buku-buku kuliah. Ada kamus bahasa Indonesia yang sudah robek, esai-esai bahasa, dan buku ini. Di antara buku-buku yang saya kumpulkan, saya memilih membaca buku ini. Mungkin karena buku ini lebih tipis dari buku-buku lain. Isinya hanya 96 halaman. Buku ini sebenarnya dicetak sebagai bahan pendidikan bagi para wartawan yang bekerja di majalah Tempo, terutama dalam menulis dan menyusun berita bentuk feature . Demi manfaat yang le...

Materi PPT Garis dan Sudut Matematika Kelas 4

  Assalamualaikum, bapak/ibu guru semuanya.  Kali ini guru mulang.com akan membagikan materi presentasi garis dan sudut dalam bentuk PPT.  Garis dan sudut merupakan salah satu materi yang menjadi dasar untuk mempelajari materi-materi geometri yang lain. Garis adalah rangkaian titik-titik yang saling terhubung. Sedangkan sudut adalah wilayah yang terbentuk dari dua buah garis lurus yang saling berpotongan.  Siswa yang mengetahui konsep garis dan sudut akan sangat terbantu dalam materi bangun datar maupun bangun ruang yang mulai diajarkan pada kelas 4 SD.  Untuk itu bapak/ibu, tentu kita tak mau anak-anak didik kita sampai gagal paham apa yang dimaksud garis dan apa yang dimaksud sudut. Nah, kali ini kami bagikan materi garis dan sudut dalam bentuk ppt interaktif.  Dalam materi yang kami bagikan kali ini, ada soal-soal interaktif di dalamnya yang bisa dikerjakan bersama-sama ketika mempelajari garis dan sudut.  Baiklah, tak perlu berlama-lama lagi, berik...

Tutorial Membaca Nilai Rapor

"Nilai rapor tak lagi mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa nilai rapor adalah nilai yang sudah dikatrol" Kalau kamu malas belajar, bodoh, jarang berangkat sekolah, tak pernah mengerjakan tugas dari gurumu, sering bikin ulah di sekolah, dan mengerjakan ujian asal-asalan, siap-siaplah terkejut dengan nilai rapormu. Mungkin kamu mengira nilai rapormu jelek semua, bahkan mungkin kamu mengira tidak akan naik kelas. Eiitss.... Kamu akan terkejut. Itu semua tak akan terjadi. Percayalah! Rapor zaman dulu ada nilai merah. Nilai merah berarti kemampuan anak kurang memadai. Zaman dulu hal seperti ini wajar saja. Sekarang, saat aku jadi guru, rupanya tak ada lagi nilai merah. Semua siswa "harus" diberi nilai di atas KKM, meskipun nyatanya ada siswa yang benar-benar tak layak dapat nilai di atas KKM. Nilai rapor tak lagi mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa nilai rapor adalah nilai ya...

Bahagia Menjalani Hidup Seperti Anak-Anak

Saya rasa, satu kualitas hidup yang dimiliki anak-anak dan membuat mereka mudah bahagia adalah kemampuan mereka untuk memaafkan kesalahan orang lain. Sebagai guru SD jarang sekali saya mendapati murid-murid saya bersedih atas suatu masalah. Mereka memang mudah menangis kalau mengalami satu masalah yang sulit mereka atasi. Misalnya, saat berantem dengan temannya. Namun, itu tak pernah berlangsung lama. Hari itu juga mereka bisa berbaikan lalu kembali ketawa-ketiwi seolah tak terjadi apa-apa. Mereka terlihat selalu bahagia. Apa rahasianya? Saya penasaran mengapa anak kecil selalu terlihat bahagia. Sebagai guru SD, saya punya banyak waktu dan kesempatan untuk berinteraksi dengan mereka dan mencoba mencari tahu mengapa mereka selalu terlihat bahagia. Setidaknya, ada beberapa hal yang saya kira menjadi penyebab anak kecil relatif terlihat selalu bahagia. 1. Mudah memaafkan Saat mengajar kelas 4, ada seorang siswa yang berkelahi dengan temannya. Waktu itu saya sedang memeriksa kelom...

Meninggalkan Jejak Kebaikan

"Aku tak cuma seorang guru di sana. Aku menjelma menjadi tukang cat dinding, tukang potong rumput dan tanaman hias, tukang membetulkan atap yang bocor, tukang antar siswa pulang sekolah, petani singkong dan jagung, sampai menjadi tukang air." - Guru Mulang - Ketika aku masih kuliah di semester delapan, aku mendapat tawaran bekerja di salah satu sekolah di desaku. Tepatnya di MI GUPPI Rakitan. Aku menolak. Saat itu, aku masih mengerjakan skripsi. Mengerjakan skripsi saja rasanya sudah keteteran sekali, apalagi ditambah dengan beban pekerjaan. Aku merasa tak mampu. Aku berencana mengejar target lulus sebelum pembukaan rekrutmen CPNS dimulai dan akan mengikuti rekrutmen CPNS. Namun, sialnya aku lulus ketika proses rekrutmen telah berakhir. Dan sejak saat itu proses rekrutmen CPNS tak kunjung dibuka.  Aku teringat tawaran untuk bekerja di MI GUPPI Rakitan, tempat dulu aku bersekolah. Aku datang ke sana memakai baju lengan panjang berwarna biru dan mengajukan lamaran pekerjaan. ...

Tidak Ada Anak Bodoh di Dunia Ini

" Mencintai anak-anak tidaklah cukup, yang juga penting adalah membuat anak-anak menyadari bahwa mereka dicintai orangtuanya ." - St. John Bosco - Tidak ada anak bodoh. Mereka yang kamu anggap bodoh sebenarnya hanya anak-anak yang kurang beruntung. Aku tak tahu ini naif atau tidak. Menurutku semua anak pada dasarnya cerdas dan baik. Tak ada anak bodoh. Tak ada anak jahat. Dalam bukunya Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (1983), Howard Gardner mengidentifikasi setidaknya delapan kecerdasan berbeda yang digunakan manusia untuk bertahan hidup, berkembang, dan membangun peradaban. Kecerdasan yang dimaksud yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik. Setidak-tidaknya anak-anak pasti memiliki salah satu dari delapan kecerdasan tersebut sebagai bekal tumbuh kembangnya. Bekal unik inilah yang harus dima...

Negeri Jagung dan Anak-Anaknya | Ulasan Buku Bocah Penjinak Angin, William Kamkwamba

"Penggambaran suasana saat terjadinya bencana kelaparan benar-benar bikin merinding. Orang-orang berjalan gontai seperti zombi. Tubuh mereka kurus seperti menyisakan tulang dan kulitnya saja." “Bocah Penjinak Angin” adalah sebuah novel yang bisa kutebak alur ceritanya dengan membaca uraian singkat di belakang buku. Memang ada jenis novel yang seperti itu. Buku ini salah satunya. Aku membeli dan membacanya, sebab yang menarik bukanlah alur cerita buku itu, melainkan gambaran kondisi di suatu lingkungan yang asing buatku. Afrika. Ketertarikanku terhadap buku ini juga karena kisah dalam buku ini diambil dari kisah nyata penulisnya. Latar tempatnya di Malawi, salah satu negara di wilayah benua Afrika. Aku belum pernah membaca novel dengan latar wilayah Afrika. Jadi, sepertinya menarik.  Malawi termasuk negara miskin. Saking miskinnya dari seluruh wilayah, hanya sekitar 11 % yang menikmati listrik. Aktivitas warga setelah matahari terbenam otomatis terhenti dan yang ada tinggal lo...

Resensi Buku Senja dan Cinta yang Berdarah Karya Seno Gumira Ajidarma

  Mulai dari seorang pendekar yang meloncat dari satu rumah ke rumah lain, percintaan di dalam kereta api, anak pelacur yang kebingungan menulis cerita, senja yang dicuri, pemain bola yang menggiring bolanya sampai ke ujung dunia; apapun bisa ditulis oleh Seno. OPEN ENDING DAN CERITA YANG TELAH SELESAI DITULIS Selama liburan semester, tak banyak yang bisa saya lakukan selain membaca buku. Dari pada tidak melakukan apapun, saya duduk di sofa, buku di tangan kiri, kopi di tangan kanan, jodoh di tangan Tuhan. Mantap! Mulailah saya membaca. “Senja dan Cinta yang Berdarah,”adalah salah satu buku yang saya baca. Buku ini berisi 85 cerita pendek yang ditulis Seno Gumira Ajidarma di Harian Kompas 1978-2013. Cerita pertama yang saya baca adalah “Pembunuhan”(1978). Seorang pengarang cerita detektif (pensiunan intel melayu yang sangat dibenci bandit-bandit) menulis cerita tentang seorang pencari kayu bakar di hutan yang melihat mayat perempuan dan seorang lelaki yang berlari membawa gol...

Mengisap Asap

"Masyarakat kita didominasi orang-orang miskin. Masalah sampah tentu saja bukan menjadi prioritas. Prioritas orang-orang miskin tentu saja bagaimana memperoleh uang untuk membiayai kehidupan mereka. Jadi, kalau lingkungan kita masih berantakan, masih ada sampah di mana-mana, bisa jadi kita masih tergolong orang-orang miskin. Ya, miskin harta. Ya, miskin ilmu."  MENGISAP ASAP Salah satu harapan hidup di desa adalah dapat menghirup udara segar di pagi hari. Namun, harapan hanya harapan. Nyatanya, orang-orang di desa kerap membakar sampah mereka tak kenal waktu dan tak kenal tempat. Orang-orang telah menganggap biasa hal ini. Mereka mungkin tidak merasa bersalah dan tidak tahu bahwa sebenarnya yang mereka lakukan melanggar hukum. Asap dari sampah yang mereka bakar menjadi polutan yang terisap masuk sistem pernapasan manusia. Aku kesal sekali dengan hal ini. Pasalnya, perjalananku berangkat kerja diwarnai asap pekat hasil pembakaran sampah di pinggir jalan. Dari Desa Ampel...

Membaca Percikan Pemikiran Dr. M. Arfan Mu’ammar, M.Pd.I dalam Nalar Kritis Pendidikan

"Kekerasan simbolik dilakukan dengan mekanisme “penyembunyian kekerasan” menjadi sesuatu yang diterima    sebagai “yang memang seharusnya demikian.” - Pierre Bourdieu - Buku “Nalar Kritis Pendidikan” ditulis oleh M. Arfan Mu’ammar, seorang dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Di sampul depan buku ini ada gambar wajah manusia dengan bagian kepala dibuat transparan sehingga otak di dalamnya terlihat. Gambar ini sesuai sekali dengan judul buku. Nalar kritis tentu erat kaitannya dengan otak yang merupakan sarana berpikir kritis. Kalau otak tidak beres bagaimana mau berpikir kritis? Bagian latar belakang gambar wajah manusia itu adalah benda-benda yang erat kaitannya dengan pendidikan. Banyak sekali. Pulpen, pensil, bola, gitar, buku, kok, tas sekolah, mesin ketik, kuas, cat, dan telepon pintar. Benda-benda ini boleh jadi melambangkan betapa pendidikan itu kompleks sekali. Ia tak semata-mata mengurus perihal kecerdasan otak. Ia juga mengurus kelembutan perasaan yang dipero...