Seratus Tahun Kesedihan
Di pinggiran kolam ikan di belakang rumahnya, seratus tahun setelah dia menderita sakit gigi, dia memutuskan untuk mengawetkan kesedihan.
Dia kenang-kenang bagaimana rasanya menderita sakit gigi. Mulai dari rasa linu yang berdenyut-denyut sepanjang waktu, hingga susahnya makan karena rasa sakit itu.
Rasa linu yang berdenyut-denyut itu kian berdenyut-denyut manakala dingin menerpanya atau suara keras terdengar olehnya.
Dia sudah mencoba segala macam obat. Dia telan aspirin, asmat, dan macam-macam obat dari apotek. Namun, rasa linu yang berdenyut-denyut itu tak kunjung hilang.
Pekerjaannya terganggu. Dia jadi lebih banyak diam. Tidurnya juga terganggu. Semalaman dia hanya berkelojotan gelisah di kasurnya. Dingin dan kesepian.
Suara gitar yang dimainkan anak-anak muda dekat rumahnya juga terasa sebagai gangguan. Padahal, biasanya dia request lagu-lagu kesukaannya.
“Brisik! Bisa diam tidak!!”
Umpatnya dari jendela kamar sambil memeloti anak-anak muda yang sedang main gitar di samping rumahnya.
Anak-anak muda itu tetap saja main gitar.
Dunia ini serasa begitu berisik seberisik pikirannya saat sedang tidak sakit gigi. Ia biasa memikirkan apa saja. Semua hal berkelebatan di kepalanya. Hal yang penting sampai hal yang tak penting.
Satu hal yang dulu tak pernah terpikirkan olehnya adalah hidup lebih dari seratus tahun.
Apa yang akan dilakukan manusia dengan hudup yang begitu panjang ini? Memperbanyak keturunan? Bumi mungkin akan penuh oleh umat manusia.
Sekarang saja cucunya sudah berderet-deret, hampir genap seratus. Untung saja ilmuwan-ilmuwan gila di laboratorium berhasil menemukan cara untuk menjaga umat manusia tidak kelaparan meskipun jumlah mereka sudah memenuhi bumi.
Memang gila para ilmuan itu, pikirnya sambil melempar kerikil ke kolam ikan di hadapannya.
Dia termenung di pinggiran kolam sendirian. Sambil tetap terkenang masa-masa penderitaannya, salah satunya masa ketika dia sakit gigi. Dan masa yang lain, saat dia kehilangan pacarnya.
Sambil tetap melempar kerikil ke kolam, dia nyerocos:
“Apa sih, maunya orang-orang itu. Mereka buat manusia bisa hidup lebih dari seabad. Zaman sudah berubah rupanya. Mau apa lagi sekarang! Makan sudah dipenuhi. Segalanya ada. Kebahagiaan bisa direkayasa. Orang-orang gila itu tak tahu makna kebahagiaan. Masa, kebahagiaan direkayasa pake bioteknologi. Semua orang sekarang bahagia. Akulah satu-satunya orang yang menolak kebahagiaan. Akulah satu-satunya manusia di dunia ini yang sekarang bersedih. Setan alas!”
Dia lempar lagi kerikil ke permukaan kolam. Plung!
Dulu ketika pemerintah berwacana memprogram otak manusia untuk selalu bahagia, dengan rekayasa informatika dan bioteknologi, semua orang berdemo. Mereka mengira ini akal-akalan pemerintah untuk berkuasa total.
Mereka takut diperbudak. Mereka tak percaya pemerintah. Namun, seiring program itu dilaksanakan, makin banyak orang yang terlihat bahagia. Orang-orang mulai percaya. Satu demi satu mendaftarkan diri. Rumah sakit-rumah sakit kebanjiran pendaftar program bahagia ini.
Saat itu dia sedang sangat berbahagia karena baru saja dapat pacar baru. Dia tak merasa perlu mendaftar program kebahagiaan konyol yang diadakan pemerintah.
Baginya, peluk cium pacarnya sudah cukup. Dia tak perlu apa-apa lagi. Pacar barunya sering mengingatkan dia untuk ikut program pemerintah. Namun rupanya dia tetap menolak.
“Melihatmu saja bisa membuat daku bahagia,” begitu katanya.
“Gombal kamu.”
“Beneran kok, coba saja cium aku.”
“Katanya melihat saja sudah bahagia, kok, minta cium!”
Kebahagiaan alaminya ini bertahan cukup lama sampai program bahagia yang diadakan pemerintah selesai.
Semua orang kecuali dirinya berhasil menemukan setitik ketidakbahagiaan dalam hidup mereka sehingga mereka mendaftar program bahagia.
Mereka ingin bahagia seratus persen. Tak boleh ada sedikit pun penderitaan. Tak boleh ada kesedihan. Tak ada tempat untuk kekecewaan. Akhirnya, semua orang kecuali dirinya telah diprogram otaknya untuk bahagia.
Seiring waktu, selain berhasil membuat orang-orang bisa tetap bahagia, ilmuwan-ilmuwan gila di laboratorium juga berhasil menemukan cara untuk membuat manusia mampu hidup lebih dari seabad.
Memang, sebelum penemuan mereka yang gila ini kita sudah lihat ada orang-orang yang mampu hidup lebih dari seabad. Tapi mereka hanya segelintir orang yang beruntung. Kini, dengan penemuan gila ini, semua orang dapat hidup lebih dari seabad. Semua orang.
Pemerintah segera memakai penemuan ini untuk program barunya. Orang-orang yang memang sudah percaya dengan pemerintah segera mendaftar. Mereka ingin mengawetkan kebahagiaan mereka dengan usia yang panjang agar hidup makin sempurna.
Dia, yang sedang termenung dipinggir kolam di belakang rumahnya terkenang bagaimana dulu dia dan pacarnya mendaftar program hidup 100 tahun lebih yang diadakan pemerintah.
“Kali ini kamu harus daftar,” ucap pacarnya.
“Kamu sudah daftar?”
“Sudah dong. Aku tak mau kehilangan kamu, jadi kamu harus daftar. Ayo kita awetkan cinta kita sampai seratus tahun lebih.”
Dan sepasang kekasih itu mendaftar. Kehiduapan yang bahagia selama lebih dari seratus tahun membentang di hadapan mereka. Mereka mengangankan banyak hal untuk dilakukan berdua. Dia dan kekasihnya saja.
Dia semakin mencintai kekasihnya. Dan setiap hari kebahagiaannya bertumbuh. Mungkin ini keunggulan rasa bahagia yang dimilikinya dibandingkan dengan produk bahagia ciptaan pemerintah.
Kebahagiaannya dinamis. Kadang naik kadang turun. Sedangkan kebahagiaan ciptaan pemerintah tidak. Namun, pemerintah lewat ilmuwan-ilmuwan gila mereka, selalu berusaha meningkatkan kualitas produk kebahagiaan ciptaan mereka. Rekayasa bio teknologi terus diteliti dan dikembangkan.
“Persetan dengan rekayasa biotek. Selama kau ada disampingku dan cintaku terus membara, aku akan terus bahagia bersamamu, seratus tahun atau mungkin seribu tahun,” katanya pada sang kekasih.
Di suatu hari yang naas, menjelang pernikahannya, sang kekasih tertabrak mobil dengan kecepatan sangat tinggi. Badannya hancur dan tentu saja meninggal dunia.
Dia tak menyangka ini terjadi pada kekasihnya. Bagaimana mungkin ini terjadi? Apakah program hidup 100 tahun hanyalah janji kosong pemerintah?! Apakah itu produk pemerintah yang gagal.
“Mengapa ini terjadi dan menagapa harus kekasihku!”
Dia melayangkan protes pada pemerintah soal kekasihnya yang tewas karena kecelakaan. Dia menuduh pemerintah berbohong. Program hidup 100 tahun hanyalah bulsyit!
Namun, kenyataannya memang demikian. Kekasihnya sudah meninggal.
Program hidup 100 tahun milik pemerintah ternyata belum sempurna. Seorang yang sudah diprogram, bisa hidup 100 tahun jika tak ada penyebab kematian yang terlampau berat seperti kecelakaan yang dialami kekasihnya.
Jika kau tak jatuh dari gedung pencakar langit, tak ditabrak mobil atau tak memotong lehermu dan kau sudah mendaftar program itu, maka kau bisa hidup lebih dari seratus tahun.
Penyebab kematian yang ditangkal oleh program itu hanyalah penyebab internal dalam tubuh seperti penyakit jantung, paru-paru, menuanya sel-sel tubuh, dan sebagainya. Sedangkan penyebab eksternal seperti kecelakaan, tidak termasuk yang ditangkal program itu.
Kini dia benar-benar menderita. Dia harus hidup 100 tahun lebih tanpa kekasihnya. Satu-satunya wanita yang dicintainya.
Dia pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya, menyusul kekasihnya. Namun, dia terus diawasi oleh pemerintah. Dia satu-satunya orang yang tak mendaftar program bahagia, itulah sebabnya dia diawasi.
Secara diam-diam pemerintah menggunakannya sebagai pembanding antara yang mendaftar program bahagia dan yang tidak. Itulah sebabnya pemerintah selalu mencegahnya bunuh diri. Mereka bahkan sampai mencarikan wanita lain untuknya. Dia tentu saja tak mau dan marah tak terkira.
Namun dia hanya rakyat kecil. Tak bisa menolak kuasa pemerintah. Akhirnya dia menikah dengan wanita pilihan pemerintah. Namun hidupnya tetaplah menderita.
Suatu kali dia terpikir untuk mendaftarkan diri mengikuti program bahagia milik pemerintah guna menyembuhkan kesedihan ditinggal mati kekasihnya. Namun sayang sekali program itu sudah tidak ada karena pemerintah sedang mengembangkan program baru.
Program bahagia yang lebih mutakhir. Bahagia yang tak perlu syarat apa pun. Hanya orang-orang yang sudah mengikuti program bahagia yang pertama yang bisa mengikuti program ini. Semua orang segera diprogram dan semuanya seketika berubah. Orang-orang bahagia, bahkan tanpa perlu ada orang lain di sisinya.
Dia punya dua anak hasil perkawinannya dengan wanita pilihan pemerintah. Dua-duanya perempuan. Dua-duanya menikah di usia muda. Dari dua anak itu, lahirlah berpuluh-puluh cucunya, mendekati seratus. Namun, tetap saja dia tak bisa melupakan kekasihnya. Dialah satu-satunya orang di dunia yang tetap bersedih saat semua orang bahagia.
Di mana-mana ditemukannya orang-orang yang tertawa cekikikan. Di dalam bis, wanita muda duduk sambil tersenyum-senyum. Di pasar ikan, ibu-ibu menawar lele sambil tertawa-tawa. Anak-anak sekolah bernyanyi gembira sebelum pelajaran dimulai. Dimana-mana hanya ada wajah-wajah gembira. Hingga jika ia menemukan orang berwajah murung, pastilah orang itu sedang menyembunyikan kebahagiaannya.
Kebahagiaan yang sudah di upgrade itu membuatnya gelisah. Kini semua orang tak membutuhkan orang lain untuk bahagia. Dia tak dibutuhkan siapapun. Bahkan keluarganya.
Orang-orang yang bahagia ternyata membuat segala jenis pekerjaan berjalan dengan sangat baik. Ekonomi meningkat tajam. Kesadaran membayar pajak meningkat tajam. Program pemerintah berbuah manis.
Orang-orang yang tadinya miskin mendapat subsidi penuh dari pemerintah. Segala kebutuhan terpenuhi. Itulah sebabnya ia tak dibutuhkan keluarganya. Juga teman-temannya yang dulu, tak lagi membutuhkannya.
Dia benar-benar seorang diri kesepian. Seorang diri menderita.
Masih di pinggir kolam ikan di belakang rumahnya, dia terus merenung. Merenung dan terus merenung. Dan, sampailah dia pada sebuah keputusan untuk mengawetkan semua kesedihan dan penderitaan yang pernah dia alami. Semuanya. Termasuk penderitaan saat dia sakit gigi.
Dia ingin mengawetkan rasa ngilu yang berdenyut-denyut itu menjadi sebuah kenangan. Dia ingin mengawetkan rasa sakit dan kesepian akibat ditinggalkan kekasihnya. Dia ingin menuliskannya.
Barangkali nanti catatan-catatannya akan berguna buat manusia. Seribu atau sejuta tahun yang akan datang, mungkin para arkeolog akan meneliti catatan kesedihannya.
Mereka akan menyimpulkan bahwa dahulu kala pernah ada sebentuk perasaan selain kebahagiaan yang mereka kenal, yaitu kesedihan. Sebentuk perasaan manusia yang telah punah.
Banjarnegara, 24 Juni 2021
Baca Cerpen Lainnya:
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda!