Sang rembulan kini mengambil keputusan yang paling penting sepanjang perjalanan karirnya sebagai pemberi cahaya.
Kisah
Seorang Gadis dan Rembulan
Malam
telah turun menggenangi seluruh kota dengan kegelapan. Lampu-lampu berjuta-juta
megawatt menawarkan cahayanya. Bermiliar-miliar noktah cahaya gemerlapan
menggantikan rembulan yang kesepian. Begitulah, tugas utama sang rembulan
diambil alih oleh lampu-lampu yang berpendar-pendar.
Seorang
gadis yang tengah kesepian duduk di kamarnya sambil memandang sang rembulan
lewat jendela. Ia dan sang rembulan sama-sama kesepian dan itulah sebabnya
mereka cepat sekali akrab. Sang rembulan menceritakan kegundahannya kepada sang
gadis, bahwa ia merasa tak begitu diperlukan lagi oleh manusia, kecuali para
penyair atau seorang pemuda yang selalu membanding-bandingkan kekasihnya dengan
sang rembulan.
Gadis
itu kemudian menghibur sang rembulan dengan memintanya memberikan kelembutan
cahayanya untuk hati sang gadis yang begitu kecil nan terpencil dan kesepian.
Semenjak
itulah mereka berteman dan saling berjanji untuk selalu berbagi sepi ketika
malam telah benar-benar turun dan orang-orang tetap seperti biasanya dan tak
banyak yang berubah.
Suatu
malam, entah karena alasan apa, gadis itu tak terlihat di jendela oleh mata
sang rembulan, yang sebenarnya tak punya mata. Sang rembulan yang penasaran
turun dari pucuk pohon cemara untuk mendekati jendela si gadis. Dari dekat
jendela, sang rembulan masih belum dapat melihat keberadaan sang gadis, padahal
ia amat merindukan gadis itu.
Dengan
ragu-ragu dan sedikit mengendap-endap, sang rembulan mendekati jendela kamar si
gadis kemudian masuk ke kamar si gadis dengan cepat, takut ketahuan seseorang.
Kamar
gadis itu lantas dipenuhi cahaya sang rembulan yang berpancaran ke segala arah
namun begitu lembut dan damai. Di sana, di kamar si gadis, sang rembulan
menemukan gadis itu telah terperangkap dalam sebuah lukisan yang begitu indah
dan begitu berwarna, sehingga siapapun yang menatapnya akan terhisap oleh
keindahan lukisan itu, begitu juga sang rembulan. Ia tertegun begitu lama di
depan lukisan itu.
Ia
berpikir, apakah ia perlu mengeluarkan si gadis dari dalam lukisan itu?
Dengan
pertimbangan bahwa si gadis terlihat begitu bahagia dalam lukisan itu, sang
rembulan akhirnya memutuskan untuk membiarkan saja si gadis tinggal dalam
lukisan, lantas sang rembulan menggelinding di lantai menuju pintu, menutupnya,
menguncinya, dan sang rembulan juga menutup jendela dan kain korden. Ia tak mau
cahayanya keluar dari dalam kamar si gadis.
Sang
rembulan kini mengambil keputusan yang paling penting sepanjang perjalanan
karirnya sebagai pemberi cahaya. Keputusan itu adalah bahwa selamanya, sang
rembulan akan tetap berada di dalam kamar si gadis agar lukisan itu mendapat
cukup cahaya untuk menunjukkan keindahannya, yang tak lain hanya bisa dinikmati
oleh sang rembulan karena pintu kamar si gadis telah terkunci dari dalam.
Malam
lewat begitu saja, hari berganti hari lain, dan minggu berganti minggu
selanjutnya. Begitu terus, sampai pada suatu malam yang dingin, seorang penyair
sadar bahwa ia telah kehilangan rembulannya dan seorang pemuda tak bisa merayu
kekasihnya lagi karena sang rembulan hilang entah ke mana, dan orang-orang
tetap punya urusan masing-masing yang tak ada hubungannya dengan sang rembulan.
Begitulah
kisah rembulan ini kuceritakan kepadamu.
Bila
pada suatu malam orang-orang tak menemukan rembulan di langit bagian manapun,
jangan bilang siapa-siapa.
Kita
berdua tahu jawabannya.
--------------------
Cerpen Lain di Blog Guru Mulang:
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda!