Langsung ke konten utama

Congkak

 

"Hari ini, kita dicecar gegap gempitanya arus informasi media massa. Keputusan-keputusan yang kita ambil, dari yang filosofis hingga yang praktis, apa yang kita anggap penting, apa yang kita pikir layak diperjuangkan, hampir tidak mungkin tidak dipengaruhi oleh media massa."

CONGKAK

Dengar, dunia telah dipenuhi orang-orang dengan sifat congkak; merasa dan bertindak dengan memperlihatkan diri sangat mulia; menyombongkan apa yang tak pernah benar-benar dimilikinya. 

Barangkali, hal ini karena sejak kecil kita didikte untuk menjadi yang terbaik. Orang tua menggembleng kita agar meraih prestasi tertinggi. Kita ikut banyak perlombaan untuk membuktikan bahwa kita unggul. Kita memperjuangkan sesuatu yang menurut orang lain layak diperjuangkan. 

Kita jadi sombong jika berhasil meraihnya; menganggap bahwa semua itu hasil usaha kita sendiri. Saat gagal, kita terjerumus dalam kesombongan karena tak mau menerima bahwa kegagalan adalah bagian hidup manusia. 

Dengar, jika kamu tak mampu menerima kegagalan sebagai bagian hidupmu, kamu akan selamanya didikte orang lain. Kita harus menerima bahwa terkadang dan bahkan sering, kita bukanlah siapa-siapa. 

Setelah lebih dewasa, kamu mencoba lepas dari orang tua; tidak ingin lagi mereka mendikte hidupmu. Kamu ingin menentukan sendiri apa yang benar-benar penting dan layak untukmu. Tapi, benarkah kita bisa menentukan sendiri apa yang penting dan tidak buat hidup kita? Jawabannya: kemungkinan besar tidak!

Setelah lepas dari orang tua, kita bertemu diktator yang lebih besar dan lebih berbahaya: media massa. 

Hari ini, kita diseret derasnya arus informasi media massa. Keputusan-keputusan yang kita ambil, dari yang filosofis hingga yang praktis, apa yang kita anggap penting, apa yang kita pikir layak diperjuangkan, hampir tidak mungkin tidak dipengaruhi oleh media massa. Bahkan, ukuran kecantikan kita pun dipengaruhi oleh media massa. 

Seorang wanita yang ingin terlihat cantik tak bisa lepas dari pengaruh media yang secara gencar mengidentikkan sosok kecantikan dengan orang berkulit putih mulus, berhidung mancung, berambut hitam dan memesona, tinggi semampai, dan lain-lain. Saat kita tak punya hidung mancung, kulit putih, rambut yang indah, dan hal-hal artifisial lainnya, kita merasa buruk. Ukuran tentang bagaimana wanita boleh dikatakan cantik ditentukan oleh media. Bukan kita sendiri! Meskipun kita kerap mengelak dengan berkata bahwa cantik itu relatif. 

Melihat orang lain meraih prestasi sementara kita belum atau bahkan tidak pernah, seringkali membuat kita merasa tak berguna.

Saat kita sedang merasa buruk, hari minggu hanya tidur-tiduran di kamar, lantas kita membuka media sosial dan menemukan puluhan unggahan orang lain yang sepertinya sedang sangat menikmati hari minggunya, seperti liburan di pantai, makan-makanan di resto, menekuni hobinya, kita semakin merasa buruk. Kita dicecar unggahan-unggahan yang memuat kebahagiaan orang lain yang belum tentu benar lantas kita merasa hidup ini seperti tahi ayam. 

Kita terdorong oleh standar-standar yang ditetapkan orang lain, dan menjadi sombong jika berhasil meraihnya. Kita telah terdoktrin bahwa kita harus menjadi istimewa dengan lebih unggul dari orang lain, atau minimal dengan menjadi seperti yang dikatakan oleh media. Kita sulit menerima bahwa kita ini sebenarnya biasa-biasa saja. Perasaan sulit menerima bahwa kita biasa-biasa saja juga merupakan sebuah kesombongan. Jenis kesombongan yang sering tidak kita sadari. 

Mengakui bahwa kita tak sehebat yang kita kira adalah bentuk kerendahan hati yang akan mendorong kita melakukan perbaikan-perbaikan dalam hidup. Kerendahan hati akan menyelamatkan kita dari arus deras tirani media massa. 

Sebenarnya, ada panduan yang sangat cantik mengenai bagaimana mengukur diri kita secara benar dengan melihat orang lain. Panduan itu diberikan oleh seorang manusia pilihan, Nabi Muhammad SAW. “Lihatlah orang di atasmu agar kamu tidak merasa sombong....” Sayangnya, bukan kerendahan hati yang lebih sering kita pilih. Sering kali kita melihat orang-orang yang lebih dulu sukses dari kita bukan dalam rangka menghilangkan kesombongan kita, melainkan untuk terobsesi menjadi seperti orang itu. 

Pada akhirnya ketika kita tidak bisa menjadi seperti orang itu kita kecewa dan menyalahkan diri sendiri dan merasa hidup kita tak berguna dan benar-benar seperti tahi. 

Di tengah dunia yang terus mencecar kita dengan pancapaian-pencapaian barangkali suatu ketika kita sangat terpuruk sebab merasa tak pernah melakukan apapun. Ketika kita merasa sangat buruk dan tak bisa menerimanaya, itu adalah sebuah kesombongan. 

Kita terjerumus dalam kesombongan ketika berhasil memenuhi standar-standar orang lain, namun kita juga terjerumus dalam kesombongan saat tidak berhasil memenuhi standar itu seolah-olah kita terlalu mulia untuk gagal.

Kesombongan menyertai kita, dalam kesuksesan maupun dalam kegagalan.

-----------------------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memanfaatkan Buku "Seandainya Saya Wartawan Tempo" Sebagai Bahan Refleksi Seorang Guru

"Kalau dipikir-pikir, ada persamaan antara wartawan dengan guru. Sama-sama mendidik. Wartawan mendidik masyarakat melalui tulisan-tulisannya. Sementara guru mendidik siswa melalui pembelajarannya." Buat apa seorang guru membaca buku “Seandainya Saya Wartawan Tempo”? Guru tak bertugas menulis berita. Jadi, buat apa? Saya lupa kapan membeli buku tipis ini. Saya menemukannya setelah sekian lama berada di tumpukan buku-buku yang tak terbaca dan tak terurus. Saya mengumpulkan semua buku yang ada kaitannya dengan bahasa Indonesia. Hasilnya banyak didominasi buku-buku kuliah. Ada kamus bahasa Indonesia yang sudah robek, esai-esai bahasa, dan buku ini. Di antara buku-buku yang saya kumpulkan, saya memilih membaca buku ini. Mungkin karena buku ini lebih tipis dari buku-buku lain. Isinya hanya 96 halaman. Buku ini sebenarnya dicetak sebagai bahan pendidikan bagi para wartawan yang bekerja di majalah Tempo, terutama dalam menulis dan menyusun berita bentuk feature . Demi manfaat yang le...

Materi PPT Garis dan Sudut Matematika Kelas 4

  Assalamualaikum, bapak/ibu guru semuanya.  Kali ini guru mulang.com akan membagikan materi presentasi garis dan sudut dalam bentuk PPT.  Garis dan sudut merupakan salah satu materi yang menjadi dasar untuk mempelajari materi-materi geometri yang lain. Garis adalah rangkaian titik-titik yang saling terhubung. Sedangkan sudut adalah wilayah yang terbentuk dari dua buah garis lurus yang saling berpotongan.  Siswa yang mengetahui konsep garis dan sudut akan sangat terbantu dalam materi bangun datar maupun bangun ruang yang mulai diajarkan pada kelas 4 SD.  Untuk itu bapak/ibu, tentu kita tak mau anak-anak didik kita sampai gagal paham apa yang dimaksud garis dan apa yang dimaksud sudut. Nah, kali ini kami bagikan materi garis dan sudut dalam bentuk ppt interaktif.  Dalam materi yang kami bagikan kali ini, ada soal-soal interaktif di dalamnya yang bisa dikerjakan bersama-sama ketika mempelajari garis dan sudut.  Baiklah, tak perlu berlama-lama lagi, berik...

Tutorial Membaca Nilai Rapor

"Nilai rapor tak lagi mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa nilai rapor adalah nilai yang sudah dikatrol" Kalau kamu malas belajar, bodoh, jarang berangkat sekolah, tak pernah mengerjakan tugas dari gurumu, sering bikin ulah di sekolah, dan mengerjakan ujian asal-asalan, siap-siaplah terkejut dengan nilai rapormu. Mungkin kamu mengira nilai rapormu jelek semua, bahkan mungkin kamu mengira tidak akan naik kelas. Eiitss.... Kamu akan terkejut. Itu semua tak akan terjadi. Percayalah! Rapor zaman dulu ada nilai merah. Nilai merah berarti kemampuan anak kurang memadai. Zaman dulu hal seperti ini wajar saja. Sekarang, saat aku jadi guru, rupanya tak ada lagi nilai merah. Semua siswa "harus" diberi nilai di atas KKM, meskipun nyatanya ada siswa yang benar-benar tak layak dapat nilai di atas KKM. Nilai rapor tak lagi mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa nilai rapor adalah nilai ya...

Bahagia Menjalani Hidup Seperti Anak-Anak

Saya rasa, satu kualitas hidup yang dimiliki anak-anak dan membuat mereka mudah bahagia adalah kemampuan mereka untuk memaafkan kesalahan orang lain. Sebagai guru SD jarang sekali saya mendapati murid-murid saya bersedih atas suatu masalah. Mereka memang mudah menangis kalau mengalami satu masalah yang sulit mereka atasi. Misalnya, saat berantem dengan temannya. Namun, itu tak pernah berlangsung lama. Hari itu juga mereka bisa berbaikan lalu kembali ketawa-ketiwi seolah tak terjadi apa-apa. Mereka terlihat selalu bahagia. Apa rahasianya? Saya penasaran mengapa anak kecil selalu terlihat bahagia. Sebagai guru SD, saya punya banyak waktu dan kesempatan untuk berinteraksi dengan mereka dan mencoba mencari tahu mengapa mereka selalu terlihat bahagia. Setidaknya, ada beberapa hal yang saya kira menjadi penyebab anak kecil relatif terlihat selalu bahagia. 1. Mudah memaafkan Saat mengajar kelas 4, ada seorang siswa yang berkelahi dengan temannya. Waktu itu saya sedang memeriksa kelom...

Meninggalkan Jejak Kebaikan

"Aku tak cuma seorang guru di sana. Aku menjelma menjadi tukang cat dinding, tukang potong rumput dan tanaman hias, tukang membetulkan atap yang bocor, tukang antar siswa pulang sekolah, petani singkong dan jagung, sampai menjadi tukang air." - Guru Mulang - Ketika aku masih kuliah di semester delapan, aku mendapat tawaran bekerja di salah satu sekolah di desaku. Tepatnya di MI GUPPI Rakitan. Aku menolak. Saat itu, aku masih mengerjakan skripsi. Mengerjakan skripsi saja rasanya sudah keteteran sekali, apalagi ditambah dengan beban pekerjaan. Aku merasa tak mampu. Aku berencana mengejar target lulus sebelum pembukaan rekrutmen CPNS dimulai dan akan mengikuti rekrutmen CPNS. Namun, sialnya aku lulus ketika proses rekrutmen telah berakhir. Dan sejak saat itu proses rekrutmen CPNS tak kunjung dibuka.  Aku teringat tawaran untuk bekerja di MI GUPPI Rakitan, tempat dulu aku bersekolah. Aku datang ke sana memakai baju lengan panjang berwarna biru dan mengajukan lamaran pekerjaan. ...

Tidak Ada Anak Bodoh di Dunia Ini

" Mencintai anak-anak tidaklah cukup, yang juga penting adalah membuat anak-anak menyadari bahwa mereka dicintai orangtuanya ." - St. John Bosco - Tidak ada anak bodoh. Mereka yang kamu anggap bodoh sebenarnya hanya anak-anak yang kurang beruntung. Aku tak tahu ini naif atau tidak. Menurutku semua anak pada dasarnya cerdas dan baik. Tak ada anak bodoh. Tak ada anak jahat. Dalam bukunya Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (1983), Howard Gardner mengidentifikasi setidaknya delapan kecerdasan berbeda yang digunakan manusia untuk bertahan hidup, berkembang, dan membangun peradaban. Kecerdasan yang dimaksud yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik. Setidak-tidaknya anak-anak pasti memiliki salah satu dari delapan kecerdasan tersebut sebagai bekal tumbuh kembangnya. Bekal unik inilah yang harus dima...

Negeri Jagung dan Anak-Anaknya | Ulasan Buku Bocah Penjinak Angin, William Kamkwamba

"Penggambaran suasana saat terjadinya bencana kelaparan benar-benar bikin merinding. Orang-orang berjalan gontai seperti zombi. Tubuh mereka kurus seperti menyisakan tulang dan kulitnya saja." “Bocah Penjinak Angin” adalah sebuah novel yang bisa kutebak alur ceritanya dengan membaca uraian singkat di belakang buku. Memang ada jenis novel yang seperti itu. Buku ini salah satunya. Aku membeli dan membacanya, sebab yang menarik bukanlah alur cerita buku itu, melainkan gambaran kondisi di suatu lingkungan yang asing buatku. Afrika. Ketertarikanku terhadap buku ini juga karena kisah dalam buku ini diambil dari kisah nyata penulisnya. Latar tempatnya di Malawi, salah satu negara di wilayah benua Afrika. Aku belum pernah membaca novel dengan latar wilayah Afrika. Jadi, sepertinya menarik.  Malawi termasuk negara miskin. Saking miskinnya dari seluruh wilayah, hanya sekitar 11 % yang menikmati listrik. Aktivitas warga setelah matahari terbenam otomatis terhenti dan yang ada tinggal lo...

Resensi Buku Senja dan Cinta yang Berdarah Karya Seno Gumira Ajidarma

  Mulai dari seorang pendekar yang meloncat dari satu rumah ke rumah lain, percintaan di dalam kereta api, anak pelacur yang kebingungan menulis cerita, senja yang dicuri, pemain bola yang menggiring bolanya sampai ke ujung dunia; apapun bisa ditulis oleh Seno. OPEN ENDING DAN CERITA YANG TELAH SELESAI DITULIS Selama liburan semester, tak banyak yang bisa saya lakukan selain membaca buku. Dari pada tidak melakukan apapun, saya duduk di sofa, buku di tangan kiri, kopi di tangan kanan, jodoh di tangan Tuhan. Mantap! Mulailah saya membaca. “Senja dan Cinta yang Berdarah,”adalah salah satu buku yang saya baca. Buku ini berisi 85 cerita pendek yang ditulis Seno Gumira Ajidarma di Harian Kompas 1978-2013. Cerita pertama yang saya baca adalah “Pembunuhan”(1978). Seorang pengarang cerita detektif (pensiunan intel melayu yang sangat dibenci bandit-bandit) menulis cerita tentang seorang pencari kayu bakar di hutan yang melihat mayat perempuan dan seorang lelaki yang berlari membawa gol...

Mengisap Asap

"Masyarakat kita didominasi orang-orang miskin. Masalah sampah tentu saja bukan menjadi prioritas. Prioritas orang-orang miskin tentu saja bagaimana memperoleh uang untuk membiayai kehidupan mereka. Jadi, kalau lingkungan kita masih berantakan, masih ada sampah di mana-mana, bisa jadi kita masih tergolong orang-orang miskin. Ya, miskin harta. Ya, miskin ilmu."  MENGISAP ASAP Salah satu harapan hidup di desa adalah dapat menghirup udara segar di pagi hari. Namun, harapan hanya harapan. Nyatanya, orang-orang di desa kerap membakar sampah mereka tak kenal waktu dan tak kenal tempat. Orang-orang telah menganggap biasa hal ini. Mereka mungkin tidak merasa bersalah dan tidak tahu bahwa sebenarnya yang mereka lakukan melanggar hukum. Asap dari sampah yang mereka bakar menjadi polutan yang terisap masuk sistem pernapasan manusia. Aku kesal sekali dengan hal ini. Pasalnya, perjalananku berangkat kerja diwarnai asap pekat hasil pembakaran sampah di pinggir jalan. Dari Desa Ampel...

Membaca Percikan Pemikiran Dr. M. Arfan Mu’ammar, M.Pd.I dalam Nalar Kritis Pendidikan

"Kekerasan simbolik dilakukan dengan mekanisme “penyembunyian kekerasan” menjadi sesuatu yang diterima    sebagai “yang memang seharusnya demikian.” - Pierre Bourdieu - Buku “Nalar Kritis Pendidikan” ditulis oleh M. Arfan Mu’ammar, seorang dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Di sampul depan buku ini ada gambar wajah manusia dengan bagian kepala dibuat transparan sehingga otak di dalamnya terlihat. Gambar ini sesuai sekali dengan judul buku. Nalar kritis tentu erat kaitannya dengan otak yang merupakan sarana berpikir kritis. Kalau otak tidak beres bagaimana mau berpikir kritis? Bagian latar belakang gambar wajah manusia itu adalah benda-benda yang erat kaitannya dengan pendidikan. Banyak sekali. Pulpen, pensil, bola, gitar, buku, kok, tas sekolah, mesin ketik, kuas, cat, dan telepon pintar. Benda-benda ini boleh jadi melambangkan betapa pendidikan itu kompleks sekali. Ia tak semata-mata mengurus perihal kecerdasan otak. Ia juga mengurus kelembutan perasaan yang dipero...