Ulasan Buku The Danish Way of Parenting: Cara Membesarkan Anak yang Tangguh dan Bahagia Seperti Orang Denmark
Mengapa Denmark? Mengapa bukan negara lain seperti Spanyol, Arab, atau Turki? Karena selama lebih dari 40 tahun Denmark selalu terpilih menjadi negara paling bahagia sedunia, menurut World Happiness Report oleh PBB. Sudah tak terhitung banyaknya artikel dan kajian yang berusaha memecahkan misteri ini.
Setelah riset bertahun-tahun, ternyata
jawabannya sangat sederhana. Orang Denmark menjadi orang paling bahagia selama
40 tahun lebih karena gaya pengasuhan mereka.
Filosofi orang Denmark dalam membesarkan
anak terbukti memberikan hasil yang efektif: anak-anak yang tangguh, emosi
terkendali, dan bahagia. Warisan inilah yang membuat Denmark selalu menempati
urutan pertama indeks kebahagiaan seluruh dunia.
Nah, kali ini saya akan membagikan 6 Cara Membesarkan Anak yang Tangguh dan Bahagia Seperti Orang Denmark yang saya rangkum dari buku The Danish Way Of Parenting; Rahasia Orang Denmark Membesarkan Anak. Buku tersebut adalah karangan Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl.
Keenam cara yang akan saya bagikan kepada
Anda terangkum dalam singkatan yang sangat mudah diingat, yaitu PARENT
yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia artinya orang tua.
PARENT—Play
(bermain), Authenticity (autentisitas atau kejujuran), Reframing
(memaknai ulang), Emphaty (empati), No ultimatum (tanpa
ancaman), dan Togetherness (kebersamaan).
P untuk Play (Bermain)
Banyak
orang tua berusaha keras untuk memulai sekolah anak mereka lebih dini. Anak-anak
belajar membaca dan mengerjakan matematika lebih dini dan kita bangga karena
mereka “cerdas”. Dan, menjadi cerdas atau atletik adalah karakteristik yang
sangat dihargai di budaya kita.
Untuk
mencapai itu, kita pun menyediakan guru dan mainan edukatif hingga rentetan
program buat mereka. Kita sangat terobsesi pada tanda yang nyata, terlihat, dan
bisa diukur. Anak-anak yang gagal membaca di usia dini sering kali dicap anak
bodoh. Namun, benarkah demikian?
Nyatanya,
hal yang harusnya paling diperhatikan orang tua adalah pusat perasaan
anak-anaknya bukan pusat kecerdasan. Hal ini karena di masa anak-anak, yang
berkembang lebih dulu adalah pusat perasaan. Inilah sebabnya bermain sangat
penting bagi anak-anak.
Bermain
bebas mengajari anak-anak untuk tidak menjadi pencemas. Bermain mengajari
mereka ketangguhan. Dan, ketangguhan sudah terbukti menjadi satu dari faktor paling
penting dalam memprediksi kesuksesan pada orang dewasa.
Kemampuan
mengelola emosi, dan menghadapi stres adalah kunci hidup sehat pada orang
dewasa. Kita mengetahui bahwa ketangguhan sangat baik untuk mencegah kecemasan
dan depresi, dan inilah yang ditanamkan orang Denmark kepada anak-anak mereka
sejak dini. Salah satu cara mereka melakukannya adalah dengan menempatkan
pentingnya bermain.
Istilah
bermain di sini maksudnya bukan bermain bersama yang aktivitasnya sudah
ditentukan oleh orang tua, seperti bermain biola, atau bermain sepak bola, dan
sebagainya. Yang dimaksud bermain di sini adalah ketika mereka dibiarkan
memainkan permainan mereka sendiri, bersama teman atau main sendiri, untuk
bermain apa pun yang menurut mereka menarik, selama itu mereka inginkan. Karena
bagi anak-anak, bermain adalah kegiatan belajar yang sesungguhnya.
A
untuk Autentisitas (Kejujuran)
Menjadi
rendah hati dengan dasar kejujuran adalah nilai yang sangat penting di Denmark.
Nilai itu sudah ada jauh sejak lama dalam sejarah dan telah menjadi warisan
budaya masyarakat Denmark. Nilai kerendahan hati ini adalah mengetahui siapa
sebenarnya Anda dengan melihat diri Anda secara jujur sehingga Anda tak
memerlukan orang lain untuk membuat Anda merasa penting.
Orang-orang
Denmark tidak membanjiri anak-anak mereka dengan pujian-pujian kosong. Pujian
yang berlebihan itu tidak masuk akal dan mencederai prinsip kejujuran atau
autentisitas. Lagi pula, pujian yang berlebihan akan terasa kosong dan hampa.
Orang tua
Denmark selalu melihat anak-anak mereka apa adanya dan mengatakan yang
sebenarnya kepada anak-anak mereka. Mereka mengajarkan anak-anak untuk jujur
kepada diri sendiri.
Mereka
tidak berkata, “Semua akan baik-baik saja,” saat keadaan tidak menunjukannya
demikian. Mereka lebih suka berkata, “kita punya masalah dan harus segera
mencari solusinya.”
Orang tua
Denmark mengajari anak-anak mereka untuk jujur menilai emosi diri sendiri
meskipun itu terasa tidak menyenangkan. Bahkan, film-film Denmark sangat sering
menampilkan akhir yang suram, sedih, atau tragis. Karena hidup memang sering
kali seperti itu. Orang tua Denmark tak menutup-nutupi realitas dengan
harapan-harapan semu yang ditekankan kepada anak-anak.
R
untuk Reframing (Memaknai Ulang)
Apakah
Anda berpikir kemampuan untuk memaknai ulang situasi penuh tekanan bisa
benar-benar mengubah kesejahteraan Anda? Jawabannya, ya! Dan, inilah yang
dilakukan orang-orang Denmark selama berabad-abad lamanya. Mereka mengajarkan
kepada anaknya keterampilan yang sangat berharga, yaitu memaknai ulang situasi.
Belajar
cara memaknai ulang sangat membantu anak-anak tumbuh alami menjadi orang dewasa
yang lebih baik. Dan, menjadi ahli dalam keterampilan memaknai ulang adalah
dasar dari ketangguhan.
Tanyakan
kepada seorang dari Denmark bagaimana pendapatnya tentang cuaca yang buruk,
dingin sekali, abu-abu, dan hujan deras, lalu mereka akan menjawab dengan lucu:
“Wah,
untungnya saya sedang bekerja!”
“Untung
saya sedang tidak liburan!”
“Saya menunggu-nunggu
untuk bisa masuk ke rumah dan berkumpul bersama keluarga.”
“Tidak
ada cuaca buruk, yang ada hanya pilihan pakaian yang buruk!”
Cobalah
untuk membuat orang Denmark fokus pada sesuatu yang sangat negatif dalam topik
apa pun dan Anda akan takjub bagaimana mereka akan mampu menemukan cara pandang
yang lebih positif.
Yang
perlu digarisbawahi adalah, optimisme orang Denmark bukanlah optimisme
pura-pura yang menyangkal adanya hal-hal negatif. Bukan.
Mereka
hanya menunjukan dengan cara yang jelas sekali bahwa ada sisi lain yang bisa
dilihat dan mungkin tak pernah Anda pertimbangkan sebelumnya. Mereka lebih
memilih fokus pada hal-hal baik dari orang-orang daripada hal-hak buruk.
Psikolog menyebut orang Denmark sebagai “optimis realistis”.
Inilah
yang diajarkan orang Denmark kepada anak-anak mereka.
E
untuk Emphaty (Empati)
Di sistem
sekolah Denmark, ada program nasional wajib yang diterapkan sejak prasekolah
yang dinamakan step-by-step. Anak-anak akan diperlihatkan gambar
anak-anak yang menunjukkan emosi berbeda-beda: kesedihan, ketakutan, kemarahan,
frustrasi, kebahagiaan, dan sebagainya.
Anak-anak
berbicara tentang kartu-kartu itu dan mengatakan apa yang mereka rasakan.
Mereka belajar untuk mengungkapkan perasaannya sendiri dan mengungkapkan
perasaan orang lain. Mereka belajar mengerti orang lain. Mereka belajar
berempati.
Contoh
lain yang lebih tidak kentara dari pelatihan empati di sekolah Denmark adalah
bagaimana mereka mencampur anak-anak dengan kelebihan dan kekurangan yang
berbeda-beda.
Anak-anak
yang kuat secara akademik diajar bersama anak-anak yang lemah secara akademik;
anak penyendiri dangan anak yang suka berteman; dan seterusnya. Ini dilakukan
secara tidak kentara. Guru-guru mengenali para siswa pelan-pelan dan
menempatkan mereka di tempat duduk yang sesuai.
Tujuannyaadalah
agar siswa bisa melihat bahwa setiap orang memiliki kualitas positif dan
mencoba untuk membantu satu sama lain dalam mencapai level-level tertentu. Sistem
ini memupuk kolaborasi, kerja sama, respek, dan empati.
Fokus
mengajarkan empati dengan aktif kepada anak-anak akan mendorong mereka tumbuh
menjadi manusia dewasa yang lebih bahagia pada masa depan, seperti orang-orang
Denmark.
N
untuk No Ultimatum (Tanpa Ancaman)
Orang-orang
Denmark ingin anak-anak memiliki respek, tetapi respek mestinya dua arah. Anda
harus memberikannya lebih dahulu sebelum Anda menerimanya.
Mengasuh
dengan ancaman tidak akan menumbuhkan respek dan justru hanya menumbuhkan ketakutan.
Dengan rasa takut, anak tidak selalu tahu alasan sebenarnya menagapa dia tidak
boleh melakukan sesuatu; dia hanya menghindari ancaman yang bisa membuatnya
disakiti atau dibentak.
Rasa takut
yang terbentuk karena ancaman bisa sangat kuat, tetapi tidak kondusif untuk
membangun kedekatan dan kepercayaan. Anda akan lebih membangun kedekatan dan
kepercayaan jika Anda mendasarinya dengan respek tanpa ketakutan akan
disalahkan, dipermalukan, dan disakiti. Orang-orang Denmark sangat menghindari
hal ini dalam mengasuh anak.
Mengontrol
anak-anak dengan ancaman memang mudah dan menunjukan hasil yang cepat. Namun,
kita tidak akan selamanya bisa mengintrol anak-anak kita. Nah, itulah sebabnya
lebih baik mengajari mereka kontrol diri daripada mengontrol mereka dengan
ancaman yang akan menimbulkan ketakutan belaka.
T untuk
Togetherness (Kebersamaan)
Kita semua
tahu bahwa mempunyai orang yang bisa diajak bicara atau dimintai pertolongan
pada waktu sulit akan membuat kita lebih siap untuk menghadapi tantangan hidup
tanpa tumbang. Orang Denmark tidak hanya mengetahui hal ini, tapi mereka juga
menerapkannya dalam pengasuhan dan dalam kehidupan sehari-hari.
Orang
Denmark gemar membuat momen-momen kebersamaan. Namun, yang membuatnya berbeda
adalah cara mereka melakukannya. Begini cara mereka melakukannya:
Semua
orang yang terlibat harus setuju untuk meninggalkan stress harian mereka di “pintu
depan” sebelum melakukan momen bersama.
Tidak
fokus pada hal buruk di kehidupan Anda atau orang lain.
Mencoba
untuk tidak membahas hal buruk atau hal negatif dari kehidupan orang lain.
Mencoba
membuat situasi berkumpul bersama menjadi situasi yang menyenangkan dan penuh
keriangan.
Tidak
mengeluhkan hal-hal yang kurang sesuai dengan ekspektasi pribadi.
Momen
kebersamaan sangat penting dalam dunia pengasuhan. Anak-anak yang bermasalah
seringkali didapati dari kurangnya kebersamaan mereka dengan keluarga.
Orang tua
yang sibuk bekerja dan tak mau menyempatkan bersenang-senang dengan anak-anak
mereka akan menciptakan anak-anak yang tidak bahagia dan pada akhirnya akan
menumbuhkan manusia dewasa yang kurang tangguh. Inilah sebabnya kebersamaan
sangat penting dalam pengasuhan anak.
Demikian cara membesarkan anak yang tangguh
dan bahagia seperti orang Denmark. Artikel ini saya tulis berdasarkan buku The
Danish Way Of Parenting; Rahasia Orang Denmark Membesarkan Anak. Buku
tersebut adalah karangan Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl.
Baca juga:
Terima kasih, sangat bermanfaat.
BalasHapusTerima kasih, sangat bermanfaat.
BalasHapus