"Pendidikan yang sejati adalah ketika pengetahuan bertemu cinta. Dan guru, adalah jembatan paling indah di antara keduanya." -ABR-
Menggerakkan Hati, Mengasah Pikiran: Transformasi Guru Lewat IHT Deep Learning Kurikulum Cinta
Banjarnegara – Pagi itu, aula MTsN 2 Banjarnegara terasa berbeda. Deretan kursi penuh oleh para guru yang duduk dengan mata menyala, bukan karena rutinitas biasa, melainkan karena kerinduan untuk belajar. Dua hari ke depan, mereka menjalani In House Training (IHT) bertema “Mengintegrasikan Deep Learning Kurikulum Berbasis Cinta.” Tema yang mungkin terdengar baru, tapi terasa akrab di hati yang masih ingin tumbuh.
Bagi Ratna Ayu Kartika Wulan, Kepala MTsN 2 Banjarnegara, kegiatan ini bukan sekadar pelatihan tahunan. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa IHT adalah wujud tanggung jawab moral para guru atas amanah dari orang tua siswa. “Ini bagian dari janji kita untuk terus belajar, agar bisa mengajar dengan hati. Saya yakin, dengan semangat ini, mutu pembelajaran kita akan terus meningkat,” ungkapnya.
Semangat yang sama turut disuarakan oleh Slamet Wahyudi, Plh. Kasi Penmad Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara. Ia mewakili kepala kantor yang berhalangan hadir.
“Belajarlah bukan karena kewajiban, tapi karena cinta. Karena guru yang mencintai ilmu, akan menumbuhkan generasi yang mencintai belajar,” pesannya dengan penuh makna.
IHT kali ini menghadirkan Junaedi, Widyaiswara dari Balai Diklat Keagamaan (BDK) Semarang. Ia bukan hanya datang membawa teori, tetapi juga inspirasi. Dalam pemaparannya, ia memadukan konsep deep learning dengan pendekatan emosional yang membumi. Tak lupa, ia mengingatkan pentingnya kebugaran bagi guru.
“Guru harus mampu olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Kita mendidik bukan hanya dengan kepala, tapi juga dengan tubuh dan hati,” ujarnya sambil membagikan tips hidup sehat.
Konsep deep learning yang ia sampaikan bukan sekadar istilah akademik. Ia menjelaskan bahwa pembelajaran mendalam menuntut guru untuk menantang siswa berpikir kritis, menganalisis, dan memahami keterkaitan antar gagasan. Bukan lagi pembelajaran satu arah, tetapi dialog terbuka yang menggugah keingintahuan dan mendorong eksplorasi.
“Anak-anak kita akan hidup di dunia yang berubah cepat. Mereka butuh lebih dari sekadar nilai ulangan. Mereka butuh kemampuan memahami dunia secara utuh dan reflektif,” paparnya.
Tak kalah menarik, Junaedi juga mengenalkan kurikulum berbasis cinta. Sebuah pendekatan yang menempatkan kasih sayang sebagai fondasi utama pembelajaran. Dalam pandangannya, guru bukan hanya penyampai materi, tapi pemelihara tumbuhnya hati anak-anak. “Cinta dalam pendidikan bukan hal sentimental. Ia adalah kekuatan yang mampu membuat anak merasa aman, percaya diri, dan bahagia belajar,” katanya.
Ia mengajak guru untuk melihat siswa tidak hanya dari nilai atau sikapnya di kelas, tetapi dari proses tumbuh mereka sebagai manusia. Ia menekankan pentingnya empati, komunikasi hangat, dan kepekaan terhadap latar belakang siswa.
Suasana aula menjadi hening ketika ia berkata, “Seringkali kita lupa bahwa seorang anak yang sulit belajar, bukan karena malas, tapi karena sedang menghadapi beban yang tak terlihat.” Kalimat itu menggugah kesadaran banyak peserta.
Setelah sesi materi, para guru tidak hanya diam. Mereka diberi kesempatan menyusun modul ajar yang memadukan prinsip deep learning dan kurikulum cinta. Di sudut-sudut ruangan, tampak wajah-wajah yang serius namun penuh gairah. Suasana berubah menjadi ruang penciptaan, bukan sekadar pelatihan.
Salah satu peserta mengaku bahwa kegiatan ini sangat menyentuh. “Selama ini kami fokus mengejar kurikulum, tapi lupa bahwa anak-anak juga ingin dimengerti. IHT ini mengingatkan kami kembali pada esensi mengapa kami menjadi guru,” ungkapnya lirih.
Dua hari yang singkat, namun membekas. Tidak ada tepuk tangan meriah di akhir acara. Tapi ada cahaya semangat yang menyala di mata para guru. Mereka pulang membawa kesadaran baru bahwa mengajar adalah perjumpaan antara ilmu dan kasih.
MTsN 2 Banjarnegara tak hanya menggelar pelatihan, tetapi memulai perubahan. Karena pendidikan yang sejati adalah ketika pengetahuan bertemu cinta. Dan guru, adalah jembatan paling indah di antara keduanya. (abr)
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda!