Belajar Menghargai Anak Bersama Alfred Bekker (Ulasan Buku The Da Vinci Files; Leonardo dan Komplotan Bandit Bertopeng)

Judul: The Da Vinci Files; Leonardo dan Komplotan Bandit Bertopeng

Penulis: Alfred Bekker

Penerjemah: Aike Setiadi

Penerbit: Elex Media Komputindo

Terbit: Cetakan Pertama, Tahun 2010

Tebal: 112 halaman

ISBN: 978-979-27-6589-2

Belajar Menghargai Anak Bersama Alfred Bekker

Dalam buku Gentle Discipline Sarah Ockwell-Smith berpendapat bahwa kunci sejati untuk membentuk perilaku anak-anak yang lebih baik adalah dengan bekerja sama dengan mereka, bukan dengan melawan mereka.

Kerjasama antara orang tua dan anak tak mungkin tercapai tanpa adanya rasa saling menghargai. Orang tua kadang kerap lupa dengan prinsip saling menghargai ini dan tanpa sadar menjadi tiran untuk anak-anaknya. Butuh kerendahan hati untuk dapat menghargai anak-anak dan bekerja sama dengan mereka.

Buku The Da Vinci Files ini adalah gambaran yang cukup lengkap mengenai sikap saling menghargai antara orang tua dengan anaknya. Buku ini mengisahkan kehidupan tiga orang anak berusia sepuluh tahun dengan latar belakang keluarga yang sangat berbeda. Leonardo adalah seorang anak dari keluarga miskin di sebuah desa bernama Vinci. Dia berteman dengan Carlo, anak pedagang yang cukup kaya di daerah itu.

Suatu hari ketika sedang melakukan eksperimen di pinggir hutan, mereka ditangkap komplotan bandit bertopeng dan disekap di dalam gua. Di sana mereka bertemu Gianna, anak dari pejabat yang sangat kaya, yang juga korban penculikan komplotan bandit bertopeng. Berkat kecerdikan Leonardo, mereka bisa melarikan diri dan kembali ke Desa Vinci ketika hari sudah larut malam.

Mulai dari sinilah kita dapat melihat berbagai sikap orang tua terhadap anak-anak. Kakek Leonardo, alih-alih memarahi cucunya lantaran pulang larut malam, justru dengan senang hati mendengar cerita cucunya tentang komplotan bandit bertopeng. Dia bisa saja menyangkal cucunya dan menuduh cucunya mengada-ada. Apalagi selama ini Leonardo memang kerap pulang malam dan telah berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Kunci menjalin kerjasama adalah memahami dan memahami dimulai dari kemauan untuk mendengarkan. Kakek Leonardo berhasil melakukannya dengan menyingkirkan prasangka-prasangka terhadap cucunya.

Berbeda dengan sikap sang kakek, ayah Leonardo tidak antusias dengan apa yang diceritakan anaknya. Dia menganggap anaknya mengada-ada hanya agar tidak kena marah. Dia baru yakin dengan cerita anaknya setelah ada beberapa orang mencurigakan yang berkeliaran di Desa Vinci.

Sikap sang kakek dengan sang ayah terhadap Leonardo memang kerap bertentengan. Ketika Leonardo kecil melakukan eksperimen-eksperimen yang di zamannya terdengar gila, kakeknya kerap mendukung. Sedangkan ayahnya lebih suka Leonardo melakukan hal-hal yang “lebih bermanfaat”. Akibatnya, di depan kakeknya Leonardo menjadi anak yang sangat kreatif dan mau menunjukkan kemampuan-kemampuannya dengan percaya diri. Sedangkan di depan ayahnya, dia menjadi anak yang biasa-biasa saja. Dalam hal ini Leonardo beruntung karena ia lebih sering tinggal dengan kakeknya.

Gianna lain lagi ceritanya. Sebagai anak seorang pejabat yang kaya raya, dia memiliki akses ke sarana pendidikan yang sangat berkelas. Dia belajar bahasa latin dari guru terbaik, belajar ilmu hukum, memiliki koleksi buku-buku bagus, dan berbagai fasilitas lain yang sangat diimpikan Leonardo. Meski demikian, kemajuannya sangat lambat. Sejak kecil dia didikte oleh ayahnya untuk menjadi penerusnya meski dia sama sekali tak menginginkannya. Ayah Gianna dalam buku ini sebenarnya digambarkan sangat menyayangi anaknya. Namun, rasa sayang yang tak diimbangi dengan pemahaman terhadap anaknya perlahan malah membuatnya menjadi seorang tiran.

Kisah dalam buku ini berlanjut. Komplotan bandit bertopeng tak tinggal diam mendapati ketiga anak yang mereka culik melarikan diri. Mereka mencoba menculik kembali ketiga anak itu. Orang tua dari ketiga anak itu sepakat untuk menyembunyikan anak-anak mereka dalam sebuah rumah besar milik ayah Gianna yang dijaga sengat ketat. Leonardo dan teman-temannya mengetahui  hal ini. Alih-alih takut, mereka malah bertekat mengungkap identitas komplotan bandit bertopeng.

Gianna menunjukkan jalan rahasia untuk keluar dari rumahnya tanpa diketahui penjaga. Lewat jalan rahasia itulah petualangan seru mereka mengungkap komplotan bandit bertopeng dimulai. Petualangan ini membawa Leonardo bertemu dengan seorang pendeta yang sedang melukis di dinding sebuah gereja.

Leonardo sangat terpesona meski lukisan di dinding gereja itu belum selesai. Ia kerap bertanya kepada si pendeta tentang maksud dari lukisan yang sedang dikerjakannya. Tak hanya bertanya, ia juga mengomentari lukisan itu. Seperti laiknya anak kecil, dia tidak pernah puas dengan satu pertanyaan.

Si pendeta sebenarnya merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan dan komentar-komentar Leonardo. Namun, dia tak ingin mematikan rasa penasaran seorang anak dan dia dengan sabar menjawab hampir semua pertanyaan Leonardo. Adegan ini juga merupakan gambaran tentang bagaimana menghargai seorang anak. Si pendeta tak menolak begitu saja komentar-komentar Leonardo meski usianya baru sepuluh tahun. Dia dengan tekun meladeninya.

Membaca buku ini membuat saya teringat Totto-chan; Gadis Cilik di Jendela yang mengisahkan seorang anak kecil  yang harus pindah sekolah lantaran dianggap pengganggu. Di sekolah barunya, dia bertemu dengan guru yang sangat menghargai anak-anak, bahkan dalam pertemuan pertama mereka, si guru dengan tulus mendengarkan ocehan Totto-chan selama berjam-jam. Sikap sang guru rupanya sangat berpengaruh terhadap Totto-chan. Dia menjadi anak yang ceria dan sangat peduli dengan teman-temannya. Totto-chan dengan cerita yang akrab dalam kehidupan anak dan buku ini dengan cerita petualangan yang seru sama-sama menarik untuk dibaca.

Bagi pembaca dewasa, terutama yang sudah memiliki anak, buku ini bisa menjadi semacam renungan terkait sikap kita selama ini kepada anak-anak. Sedangkan bagi anak-anak, buku ini bisa menjadi hiburan yang cukup mengasyikkan. Daya imajinasi anak-anak dapat terlecut melalui kisah petualangan seru yang dibumbui eksperimen-eksperimen Leonardo selama berusaha mengungkap komplotan bandit bertopeng.

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer