7 Kesalahan Fatal yang Dilakukan Guru Saat Mengajar

Ada pepatah mengatakan, “Guru digugu dan ditiru”. Guru mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada muridnya. Guru juga berperan membentuk karakter anak didiknya. Peran guru dalam pembentukan sebuah bangsa yang besar dan maju sangatlah penting. 

Nah, apa jadinya jika guru yang harusnya digugu dan ditiru malah melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat merusak anak didiknya? Untuk menghindari kesalahan-kesalahan guru yang dapat merusak anak didik secara fisik dan mental, berikut ini kami sajikan tujuh kesalahan fatal yang dilakukan guru saat mengajar. 

Menganggap Diri Paling Pandai

Guru yang menganggap diri paling pandai akan sulit menerima pendapat siswa dan akan cenderung memandang siswa sebagai objek pembelajaran alih-alih subjek pembelajaran. Siswa dijejali berbagai materi yang menurut sang guru penting untuk siswa tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. 

Guru yang menganggap dirinya paling pandai akan cenderung menerapkan sistem pendidikan gaya bank. Yang terjadi saat pembelajaran adalah monolog sang guru di depan siswanya. Tak ada dialog. 

Guru yang menganggap dirinya paling pandai juga akan cenderung menutup diri untuk terus memperbarui dirinya. Padahal, memperbarui diri dalam hal pengetahuan maupun keterampilan di era saat ini sangatlah krusial. 

Saat ini perubahan terjadi begitu cepat. Pengetahuan dan keterampilan yang saat ini kita ajarkan kepada siswa barangkali tak akan relevan lagi satu atau dua tahun yang akan datang. Itulah sebabnya, menganggap diri paling pandai adalah sebuah kesalahan fatal seorang guru. 

Sering Bolos

Ada dua jenis guru yang disukai siswa: guru yang disukai karena pembelajarannya menarik dan guru yang disukai karena jarang masuk ke kelas alias bolos. Nah, tentu saja yang pertama lebih baik dari yang kedua. Guru yang sering bolos secara tidak langsung mengajari siswa untuk tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya. 

Selain itu, guru yang sering bolos akan kehilangan kredibilitasnya di hadapan murid-murid. Murid-muridnya akan menganggapnya tidak bertanggung jawab dan karenanya ucapannya tidak akan di dengar. 

Tidak Melakukan Evaluasi

Kemampuan melakukan evaluasi sangat penting untuk seorang guru. Evaluasi diperlukan untuk mengukur sejauh mana capaian murid-muridnya. Hasil evaluasi kemudian digunakan sebagai patokan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan datang. 

Tanpa hasil evaluasi yang akurat, proses pembelajaran tak bisa berkembang maksimal. Selain sebagai patokan untuk mengembangkan pembelajaran, hasil evaluasi juga diperlukan siswa sebagai bahan refleksi diri. 

Guru yang tidak melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa berarti mengabaikan hak-hak siswa untuk mengetahui hasil belajarnya.

Berkomunikasi Secara Tidak Efektif

Komunikasi adalah salah satu pilar utama terlaksananya proses pembelajaran. Sebuah pembelajaran tak akan berjalan maksimal jika komunikasi antara guru dan murid tidak efektif. Komunikasi yang efektif ditandai dengan dimengertinya pesan yang disampaikan guru kepada siswa dan siswa mampu merespons pesan guru baik dengan ucapan maupun perbuatan. 

Seorang guru perlu mengetahui tingkat kemampuan berbahasa siswanya. Untuk menjalin komunikasi yang efektif, dia harus mampu menyesuaikan bahasa yang digunakannya dengan kemampuan berbahasa siswanya. 

Seorang guru yang tidak memperhatikan caranya berkomunikasi sehingga tidak mampu menjalin komunikasi yang efektif akan sulit membimbing siswanya memaksimalkan potensi dirinya. 

Melakukan Pelecehan Seksual

Di antara kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru, melakukan pelecehan seksual adalah yang paling parah. Kesalahan ini sudah masuk dalam ranah kriminal. Seorang guru yang melakukan pelecehan seksual terhadap muridnya sama saja menghancurkan mental muridnya. Dia bahkan tak layak lagi disebut guru.

Kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan pelecehan seksual bisa terbawa sampai siswa dewasa. Kerusakan itu bisa secara fisik maupun mental. Secara fisik misalnya kehamilan yang belum waktunya bisa menyebabkan rusaknya organ reproduksi siswa yang belum siap. Sedangkan secara mental, siswa yang mengalami pelecehan seksual bisa mengalami trauma hingga ia dewasa. 

Oleh karena itu, seorang guru hendaknya benar-benar memperhatikan hal ini. Jangan sampai seorang guru yang harusnya membentuk siswa-siswanya menjadi insan yang berkarakter malah merusak siswanya dengan melakukan pelecehan seksual. 

Tidur Saat Mengajar

Tidur saat mengajar juga merupakan salah satu kesalahan fatal yang sering dilakukan oleh guru yang kurang bertanggung jawab. Biasanya, guru seperti ini adalah guru yang malas. Dia hanya menyuruh siswanya untuk mengerjakan tugas-tugas di buku paket atau di LKS. 

Sementara siswa-siswanya mengerjakan tugas yang ia berikan, ia malah tidur dengan sayik di meja guru. Akibatnya, siswa-siswanya ogah-ogahan mengerjakan tugas yang diberikannya. Kalau pun mengerjakan, mereka akan mengerjakan tugas dengan asal-asalan. Tidur saat mengajar juga akan menyebabkan guru tersebut tidak dihargai oleh siswa-siswanya. 

Untuk mengatasi rasa kantuk yang tak tertahan, lebih baik guru meninggalkan ruang kelas terlebih dahulu untuk beristirahat sejenak di kantor menyegarkan diri lagi. 

Sebaiknya, jaga kondisi kesehatan dengan rajin berolahraga dan makan-makanan yang seimbang. Sempatkan beristirahat yang cukup sehingga dapat menghindari rasa kantuk saat melaksanakan pembelajaran. 

Mengajar Sambil Bermain HP

Mengajar sambil bermain HP juga merupakan kesalahan guru yang tak bisa dianggap sepele. Hal itu menunjukkan ketidakseriusan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Saat sedang mangajar seorang guru sebaiknya fokus dalam pelaksanaan pembelajaran.

Sebagaimana siswa dilarang bermain HP saat sedang pembelajaran, seorang guru juga hendaknya tidak bermain HP saat sedang mengajar. Apabila ada panggilan masuk melalui HP, guru yang bersangkutan harusnya meminta izin lebih dulu kepada siswa. Hal ini dikarenakan sang guru sedang menunaikan hak siswa yang harus us dipenuhinya. 

Dengan menerima panggilan di HP saat sedang mengajar, artinya guru tersebut menunda pemenuhan hak siswa untuk melaksanakan pembelajaran secara layak. Selain itu, konsentrasi siswa yang sudah terbangun bisa rusak dan kehilangan fokus gara-gara guru bermain HP saat sedang mengajar. Sebaiknya, saat sedang mengajar seorang guru tidak membawa HP bila memang tidak ada kaitannya dengan proses pembelajaran. 

Baca juga:

Cara Membesarkan Anak yang Tangguh dan Bahagia Seperti Orang Denmark

Komentar

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar Anda!

Postingan Populer